Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) Nurul Hidayatul Ummah menyampaikan bahwa tasyakur kelulusan bisa diungkapkan dengan berbagi kepada sesama di tengah pandemi virus Corona dan bulan suci Ramadhan.
"Mumpung bulan Ramadhan bisa dirayakan dengan berbagi kepada sesama mengingat banyak penduduk yang terdampak pandemic covid-19 ini," katanya kepada NU Online pada Rabu (6/5).
Banyak cara untuk merayakan kelulusan, tetapi tidak dengan melakukan aksi corat-coret seragam dan konvoi yang justru lebih banyak mudaratnya. Sebab, menurutnya, kelulusan harus dirayakan dengan rasa syukur yang harus dipanjatkan kepada Tuhan, berdoa, dan diungkapkan bersama dengan teman dan lingkungan sekolah.
Setidaknya, ia menyarankan agsr merayakan kelulusan dengan tidak merugikan orang lain, apalagi membuat masalah dan keributan. "So, kreatif boleh, tak ada akhlak jangan!"
Kebebasan berekspresi, menurutnya, merupakan hal yang wajar. Akan tetapi, hal tersebut juga memiliki batasan. Bentuk corat-coret seragam sebetulnya tidak disarankan. Namun sayangnya, hal tersebut seakan sudah menjadi budaya seantero negeri.
Seragam adalah bentuk almamater yang sakral dan harus dihargai. Tindakan corat-coret apalagi dengan kata-kata atau gambar yang tidak senonoh merupakan bentuk penghinaan terhadap almamater.
"Be wise lah (bijaklah!). Bersuka cita boleh namun harus lebih bijaksana merayakannya," kata dara yang menamatkan studi masternya di Inggris itu.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Aswandi Jailani mengungkapkan bahwa aktivitas konvoi dan corat-coret pakaian seragam di jalanan setelah lulus memang seakan sudah menjadi tradisi bagi sebagian siswa di Indonesia untk merayakan kelulusan.
Hal tersebut, menurutnya, tidak patut dijadikan contoh bagi siswa, khususnya kader IPNU, apalagi dengan gambar yang tidak pantas.
"Sebagai kader IPNU, kita sangat prihatin apa yang di lakukan oleh sekelompok siswa salah satu SMA di Riau kemarin, hal ini tidak layak ditiru apa lagi dengan situasi Pandemi," ujarnya.
Aswandi menyampaikan bahwa peristiwa tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor. Pertama, siswa tersebut kurang mendapat didikan orang tua. Kedua, lingkungan yang membuatnya terpengaruh demikian.
Merayakan kelulusan tidak harus dilakukan dengan aksi konvoi di jalanan dan corat-coret pakaian seragam. Sebagai wujud syukur karena diberikan kelulusan, banyak hal positif yang bisa dilakukan.
Pertama, para pelajar bisa melakukan aksi bersih-bersih lingkungan sekolah. Terlebih sekolah sudah beberapa pekan tidak digunakan. Dalam situasi pandemi Covid-19 ini, hal tersebut harus dilakukan sesuai dengan protokoler kesehatan.
Kedua, lanjutnya, merayakan kelulusan bisa dilakukan dengan bersedekah ataupun yasinan di rumah undang teman-teman atau anak yatim sebgai wujud sykur. "Kalau tidak mampu ya cukup dengan menyedekahkan seragamnya untuk org lain. Sangat simpel tpi diridhai Allah karena msih banyak yang membutuhkan daripada dicoret," katanya.
Apalagi dengn situasi pandemi Covid-19 ini, konvoi dan corat-coret sangat tidak layak dilakukan mengingat semua tengah diminta menahan diri dari aktivitas di luar rumah dan berkumpul banyak orang.
Dengan situasi saat ini, bisa juga dilakukan tasyakkuran secara daring dengan cara yasinan dan tahlilan bersama.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
6
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
Terkini
Lihat Semua