Pendidikan Karakter Era IPPNU Tentukan Kesuksesan Masa Depan
Selasa, 4 Februari 2020 | 05:45 WIB
Karakter harus menjadi prioritas dalam pendidikan masa kini. Tidak sekadar pendidikan karakter baik, tetapi juga karakter hebat yang melatih kepemimpinan. Hal ini harus dilatih sejak masa pelajar.
“Yang paling bagus (pendidikan karakter hebat kepemimpinan dilatih) bukan setelah kuliah. Paling menentukan (justru) pada masa anak-anak, pada masa IPPNU ini,” kata Ketua PBNU Hanif Saha Ghafur saat mengisi diskusi pendidikan pada Pengukuhan Majelis Alumni Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Gedung PBNU Lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (3/2).
Menurutnya, pendidikan yang hanya menyasar wilayah kognitif saja tidak meresap dalam laku manusia. Berbeda dengan psikomotorik yang langsung mengarah pada keterampilan bertindak.
“Jadi, kalau kita mendidik hanya ada di ranah kognitif saja, tidak masuk meresap pada perilaku. Kalau mendidik karakter kepemimpinan hebat itu justru pada masa anak-anak, remaja, IPPNU, pada masa psikomotoriknya sensitif,” kata akademisi Universitas Indonesia itu.
Karenanya, Hanif menjelaskan bahwa pendidikan karakter kepemimpinan hebat paling baik dimulai dari wilayah terdekat, yakni rumah pelajar itu sendiri. Bukan di sekolahnya. Tentu, sebagai pendidiknya adalah orang tuanya.
“Pendidikan karakter kepemimpinan hebat kalau dilakukan di rumah, bukan sekolah. Di rumah itu ya orangtua, bukan mendatangkan guru ngaji guru les dan lain sebagainya,” ujar pria kelahiran Probolinggo, 28 Desember 1960 ini.
Orang tua, lanjut dia, bisa menjadi teladan dengan menunjukkan kesuksesannya dalam bidang yang ia geluti. “Nih loh saya. Jadi orang tua bisa menunjukkan teladan nyata bagi anak-anaknya,” kata alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur itu.
Tidak berhenti di situ saja, Hanif juga menegaskan bahwa pendidikan karakter kepemimpinan hebat tidak sekadar menunjukkan contoh-contoh saja. Akan tetapi juga pelajar itu harus mempraktekkannya secara langsung. Organisasi, menurutnya, adalah wadah untuk mengaktualisasikan keterampilan dan kemampuan tersebut. “Harus praktik di organisasi,” tandasnya.
Di IPPNU, misalnya. Jika ia berhasil dalam berorganisasi di IPPNU, menurut dia, akan lebih sukses lagi dari biasanya pada masa depan. “Jadi kalau di NU, IPPNU, jangan pernah merasa akan melaksanakan program apa saja, banyak program. Kalau tidak mampu, berarti tidak mampu menjadi pimpinan lebih besar lagi,” pungkas Hanif.
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua