Nasional PENTAS SANTRI

Penghayatan Agama Benar, Maka Mudah Main Teater

Ahad, 9 Februari 2014 | 17:00 WIB

Jakarta, NU Online
Permata Kalung Barzanji sukses dipentaskan 50 santri dari 9 pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Naskah WS Rendra itu dipentaskan di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Jumat malam (7/2) dan Sabtu malam (8/2).
<>
Aprasiasi datang dari kalangan pegiat teater, misalnya Edi Haryono, dari Bengkel Teater Rendra. “Bagus,” katanya, ketika ditanya bagaimana para santri yang bergelut dengan kitab kuning, kemudian mau berkecimpung dalam teater.

Menurut Edi, orang Islam, terutama orang-orang pesantren betul-betul menekuni agama, sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, menghayati ajaran-ajaran agama dengan benar. “Orang yang menghayati agama dengan benar akan mudah bermain teater,” katanya, selepas pementasan di Tim, Jumat malam (7/2).

Karena, kata dia, teater itu bisa memainkan sesuatu yang dialami seseorang yang di dalam kehidupan sehari-hari tidak muncul. Dalam teater bisa menggambarkan kehidupan yang tidak ada dalam realitas. "Pengalaman spiritual bisa dituangkan dalam teater. Pengalaman spritualnya bisa tertangkap oleh penonton.”

Edi juga sempat mengkritik pementasan itu. Menurut dia, pemainnya masih menghayati dengan pengalaman yang masih umum. Padahal pengalaman orang itu ada yang umum dan yang khusus. Kalau mensyukuri sasuatu, sampaikan dengan cara yang tidak umum. Ada yang bersyukur itu dengan menitikkan air mata. Coba ditampilkan rasa syukurnya dengan cara lain.

Abdullah Wong, pegiat teater Syahid, mengemukakan, bahwa teater adalah thoriqoh, jalan seseorang untuk menemukan dirinya. “Saya ingin bilang begini, kenapa bangsa ini semakin  bobrok,  karena tidak ada uswah, tidak ada teladan,” katanya selepas nonton di malam pertama.

Menurut penulis novel Mada ini, kehadiran pementasan Kalung Permata Barzanji ini sangat tepat. “Ketika kita mencari sosok pemimpin, diceritkaan Nabi Muhammad,” katanya.

KH Husein Muhammad juga mengapresiasi positif, pagelaran "Kalung Permata Barzanji". “Keren banget, memukau, menggetarkan penonton sampai layar diturunkan.”

Ia menilai para santri 9 Pesantren di Cirebon, dengan sangat fasih, mendendangkan madah-madah kenabian Muhammad, kritik-kritik sosial-politik yang menggugah dan menawarkan kearifan dan keindahan.

Seharusnya, kata kiai yang produktif menulis ini, karya kreatif seni budaya semacam ini, menjadi model dakwah ke depan, menggantikan dakwah orasi yang agitatif, kering makna dan provokatif. “Selamat dan sukses untuk perempuan-perempuan cerdas dalam pementasan ini, Ken Zuraida dan Ny. Masriah, serta para pelakon yang lain,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)