Pengurus Masjid Usir Jamaah Bermasker, PBNU: Perbedaan Harus Diselesaikan dengan Baik
Senin, 3 Mei 2021 | 16:00 WIB
Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengatkan penggunaan masker bukanlah suatu tindakan kriminal dan tidak membatalkan shalat. Dua masjid di tanah suci pun, baik Makkah maupun Madinah, memiliki kebijakan agar senantiasa bermasker selama menjalankan ibadah di sana. (Foto: NU Online/Suwitno)
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sangat menyayangkan peristiwa pengusiran yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Amanah, Medan Satria, Kota Bekasi terhadap seorang jamaah bermasker. Kejadian itu diketahui oleh publik melalui video yang beredar di linimasa media sosial, beberapa waktu lalu.
Atas kejadian itu, PBNU mengajak masyarakat agar mampu saling mengingatkan dalam kebaikan tetapi juga harus dilakukan dengan cara-cara yang baik. Jikapun terdapat perbedaan, harus pula diselesaikan dengan cara yang baik.
“Kami menyayangkan kejadian pengusiran terhadap seseorang yang sedang melaksanakan shalat atau peribadatan di sebuah masjid di Bekasi oleh beberapa orang pemuda, dengan alasan karena mengenakan masker,” tutur Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini, Senin (3/5) petang.
“Mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan tentu dengan cara yang baik. Sebagaimana di Al-Qur'an disebutkan ud’u ilaa sabili rabbika bil hikmati wal mauizhatil hasanah wa jadil hum billati hiya ahsan. Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu dengan penuh hikmah, dengan cara yang bijaksana dan pengajaran-pengajaran yang baik, dan kalau ada perbedaan selesaikanlah dengan cara yang baik,” terang Helmy.
Ditegaskan, penggunaan masker bukanlah suatu tindakan kriminal dan tidak membatalkan shalat. Dua masjid di tanah suci pun, baik Makkah maupun Madinah, memiliki kebijakan agar senantiasa bermasker selama menjalankan ibadah di sana.
“Saya tegaskan, penggunaan masker bukanlah satu tindakan kriminal dan penggunaan masker bukanlah sesuatu yang membatalkan shalat atau pun membatalkan peribadatan. Bahkan di Masjidil Haram pun, baik itu di Makkah atau Madinah, kebijakan dari dua masjid suci ini, jamaah yang melaksanakan shalat tetap mengenakan masker,” tutur Helmy.
Justru yang berbahaya menurut Helmy adalah mereka yang kerap mengatasnamakan agama tetapi justru merusak agama. Sebagai contoh, penggunaan ayat wa man dakhalahu kaana aminaa (barangsiapa yang masuk ke masjid atau baitullah akan dijamin keamanan dan keselamatannya).
“Ayat ini benar, tapi kita tidak meletakkanya secara keliru. Dalam keadaan pandemi dan situasi wabah, penggunaan masker atau menjaga protokol kesehatan itu adalah bagian dari hifdzunnafs atau menjaga keselamatan jiwa, yang ini juga dianjurkan dalam agama,” tegas Helmy.
Kabar terbaru yang didapat, para pengurus Masjid Al-Amanah itu sudah menyampaikan permohonan maaf dan klarifikasi atas kejadian yang terjadi. Kini, mereka akan memberikan imbauan dan peringatan kepada jamaah agar senantiasa mematuhi protokol kesehatan ketika hendak beribadah di masjid, seperti memakai masker dan menjaga jarak.
“Saya mendengar, para pemuda (pengurus masjid) itu sudah menyampaikan permohonan maafnya maka mari kita maafkan. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Mari saling mengingatkan dalam kebaikan dengan cara yang baik. Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran yang baik bagi kita semua, sehingga kita mendapatkan hikmah yang baik,” pungkas Helmy.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua