Nasional

Pentingnya Jaga Mutu Karya Ilmiah di Tengah Maraknya Penulisan Buku

NU Online  ·  Kamis, 18 Desember 2025 | 18:00 WIB

Pentingnya Jaga Mutu Karya Ilmiah di Tengah Maraknya Penulisan Buku

Gambar hanya sebagai ilustrasi berita. (Foto: freepik)

Jakarta, NU Online

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) 2019-2023 Prof Mahfud MD menegaskan pentingnya menjaga mutu karya ilmiah di tengah maraknya penulisan buku yang dinilainya tidak memiliki isi dan kedalaman keilmuan.


“Kalau ada kegiatan menulis buku seperti ini, harus kita dukung. Institusi juga harus menjaga dan memperbanyak buku tersebut. Yang terpenting, buku itu harus bermutu,” ujar Prof Mahfud dalam Talkshow Literasi Konstitusi 2025 di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (17/12/2025).


Prof Mahfud mengungkapkan, saat ini banyak buku yang diklaim sebagai karya ilmiah, padahal isinya hanya kumpulan pidato atau sambutan pejabat yang bahkan disusun oleh staf.


“Sekarang ini banyak sekali orang tergila-gila menulis buku, tapi isinya tidak ada. Sampulnya bagus, gambarnya bagus, tapi isinya kosong. Isinya sering hanya pidato-pidato sambutan pejabat, lalu disebut karya ilmiah,” tegasnya.


Menurutnya, praktik tersebut justru merusak tradisi keilmuan dan membuat masyarakat enggan membaca buku.


"Itu yang merusak, membuat orang malas membaca buku,” tambahnya.


Prof Mahfud menekankan bahwa masa depan peradaban bangsa sangat ditentukan oleh peradaban keilmuan. Karena itu, ia mengajak para akademisi dan penulis untuk menjaga kualitas tulisan, baik dari sisi metodologi maupun substansi.


“Setiap buku itu harus lahir sebagai bangunan ilmu, bukan sekadar kumpulan informasi seperti kamus. Informasi sekarang bisa dicari cepat di internet,” ujarnya.


Dalam kesempatan tersebut, Prof Mahfud juga menyinggung perubahan perilaku membaca masyarakat. Ia menyebut buku cetak masih diminati dibandingkan buku elektronik, termasuk dirinya.


“Termasuk saya, malas baca buku elektronik, lelah banget. Tapi tidak lelah mencari informasi lewat Google atau ChatGPT. Itu tiap hari kita lakukan supaya tidak ketinggalan,” katanya.


Meski demikian, Prof Mahfud mengamati adanya penurunan minat terhadap buku dan media cetak. Hal itu terlihat dari tutupnya sejumlah toko buku dan sepinya perpustakaan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ia mencontohkan kondisi toko buku di Yogyakarta, Bali, dan Medan, serta perpustakaan besar di Melbourne yang kini tidak lagi ramai pengunjung.


“Koran-koran juga banyak yang layoff. Media cetak memberhentikan pegawainya karena orang sekarang lebih suka membaca secara elektronik,” ujarnya.


Dalam kesempatan ini, Prof Mahfud mengingatkan masyarakat agar tidak menelan mentah-mentah informasi instan, termasuk yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Ia berharap, ke depan teknologi justru dapat menyeleksi karya-karya ilmiah yang benar-benar berkualitas.


“Peradaban ke depan adalah peradaban keilmuan yang harus kita bangun bersama. Teknologi tidak bersifat statis. Bisa jadi, kemajuan teknologi justru menyeleksi tulisan-tulisan tersebut, sehingga karya yang bermutu masuk dalam pola edar informasi, sementara yang tidak bermutu tersisih dengan sendirinya,” pungkasnya.

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang