Afrilia Tristara
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sepanjang Oktober 2024, Indonesia mengalami puncak suhu panas tahunan. Hal ini merupakan fenomena tahunan yang umum terjadi akibat puncak kulminasi dan gerak semu tahunan matahari.
Namun, pada (27/10/2024) lalu terjadi rekor suhu terpanas yang pernah dialami Indonesia. Suhu kala itu tercatat 38,4 derajat celcius di Stasiun Meteorologi Gewayantana, Larantuka, Flores Timur. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa sepanjang Oktober suhu siang hari di Indonesia rata-rata mencapai 37-38 derajat celcius dan lebih tinggi satu derajat dari rata-rata suhu dalam 30 tahun.
Lantas, apakah penyebab suhu panas 'memanggang' di Indonesia?
Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah PBNU (LF PBNU) Ma'rufin Sudibyo menyampaikan bahwa cuaca panas lebih disebabkan oleh kurangnya uap air di atmosfer Indonesia akibat terjadinya dua badai tropis secara berturut-turut.
"Masing-masing badai tropis Trami (yang melanda daratan Filipina) dan badai tropis Kong-Rey (yang melanda daratan pulau Taiwan)," ujar Marufin kepada NU Online, Jumat (1/11/2024).
Kedua badai tropis itu merupakan sistem udara berpusar yang arah pusarannya berlawanan dengan jarum jam (karena terjadi di belahan Bumi utara).
Pusaran kedua badai tropis sangat besar, yakni Trami berdiameter 400 km dan Kong-Rey yang lebih kuat berdiameter 700 km. Kedua pusaran besar badai tropis ini menyebabkan udara lembab dari Indonesia tertarik ke utara.
Pada saat yang sama, kedua badai tropis ini menghalangi aliran sistem angin muson barat yg banyak membawa uap air ke Indonesia.
"Kombinasi kedua hal itu menyebabkan Indonesia kekurangan uap air. Akibatnya, pembentukan awan sangat berkurang. Sehingga pancaran sinar Matahari tidak terhalangi untuk jatuh ke Bumi," jelasnya.
Menurut Ma’rufin, kondisi ini diperkirakan masih akan terus terjadi hingga pekan pertama November 2024.
Badai tropis Trami melanda Filipina dan Vietnam. Fenomena alam ini menyebabkan hujan deras dan banjir yang secara akumulatif menelan korban jiwa 160 orang.
Sementara itu, Badai tropis Kong-Rey yang lebih kuat dari Trami, hanya merenggut 3 korban jiwa. Namun, Kong-Rey menurunkan hujan sangat deras di pulau Taiwan. Sehingga curah hujan dalam 8 jam setara dengan curah hujan normal selama setahun, yakni sebanyak 800 mm.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua