Pesantren Skill Jakarta Cetak Santri Mandiri Hadapi Tantangan Zaman
Senin, 14 Oktober 2019 | 05:30 WIB
Jakarta, NU Online
Selain pengetahuan agama yang memang menjadi fokus pendidikan di pesantren, saat ini pengetahuan umum dan keterampilan juga telah menjadi bagian penting dalam mencetak santri yang siap menghadapi tantangan zaman. Hal inilah yang melandasi berdirinya Pesantren Skill di kawasan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Pesantren yang diasuh oleh dai muda NU H Muhammad Nur Hayid ini mengkombinasikan pembelajaran keislaman berdasarkan literatur klasik, kitab kuning, nahwu sharaf dan juga Al-Quran dan hadits sebagaimana manhaj pada umumnya pesantren tradisional di kalangan Nahdlatul Ulama, dengan pembelajaran hard skill atau keterampilan.
Ini untuk membekali santri agar saat mereka kembali ke masyarakat sudah siap dengan keterampilan-keterampilan kerja yang bisa menopang perjuangan dakwah dan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, kata Gus Hayid, sapaan karibnya kepada NU Online.
Dalam pesantren ini, para santri dibekali pembelajaran keterampilan sesuai dengan bakat dan hobi serta kemauannya. Selain ngaji, para santri diberi fasilitas untuk memperkuat konsentrasi skill dan keterampilannya. Ada santri yang fokus di bidang ekonomi, komputer seperti video editing dan desain grafis, dan ada yang fokus dibidang dakwah dengan menjadi da'i yang andal.
Ada juga yang aktif berkiprah dalam bidang penulisan dengan menulis berita, artikel, hingga menulis buku dan ada yang fokus di bidang entrepreneurship atau kewirausahaan, kata Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LDPBNU) ini.
Dengan model seperti ini, santri dan alumni Pesantren Skill ke depan bisa lebih percaya diri saat kembali ke masyarakat dengan ilmu-ilmu dasar keagamaannya yang sudah diperoleh dan keilmuan umum serta skill yang ia kuasai. Dengan intensitas hubungan dengan berbagai elemen, diharapkan juga para santri memiliki kemampuan komunikasi dan pergaulan yang baik dengan masyarakat.
Termasuk tata cara berdakwah serta menghadapi masyarakat, memimpin tahlil, yasin, istighotsah, mujahadah. Juga saat mereka harus berkeluarga mereka sudah siap dengan peluang-peluang yang ada di komunitasnya, tambah dai muda asal Lumajang Jawa Timur yang sering berdakwah di beberapa stasiun TV nasional ini.
Menurut Gus Hayid, di era saat ini, santri dan para alumni harus memperkuat dakwah di berbagai bidang. Da'i yang andal menurutnya harus kuat dan memiliki mental enterpreneurship yang kuat. Santri milenial harus dengan segala tantangan zaman dan pantang menyerah.
Untuk menjadi bagian dari Pesantren Skill, tidaklah sulit. Santri harus siap mengikuti aturan pesantren dengan kewajiban mengaji dan sekaligus berlatih skill dan kompetensi. Bagi santri yang kurang mampu secara ekonomi serta yatim piatu, pihak pesantren membebaskan biaya mulai biaya mondok maupun biaya makan.
Berbagai fasilitas sudah tersedia di pesantren untuk mendukung pendidikan skill santri di antaranya jaringan wifi, komputer, dan fasilitas pendukung lainnya. Pendaftaran pun bisa dilakukan setiap saat karena di Pesantren Skill tidak menggunakan sistem lembaga formal dan menerima santri dari berbagai lulusan lembaga formal mulai dari SLTA dan perguruan tinggi.
Jika para santri ingin masuk ke pendidikan formal, pihak pesantren pun mendukung. Posisi lokasi pesantren sangat strategis karena dekat dengan berbagai sekolah dan madrasah serta perguruan tinggi.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Ahmad Rozali
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua