Bangka Tengah, NU Online
Bunyi takbir memekik begitu piringan bulan menutup matahari secara sempurna. Korona memancar terang di tepi bulatan hitam. Sebagian orang histeris. Ada yang melompat. Ada pula yang sibuk berfoto selfie. Fenomena gerhana matahari total di Pantai Terentang sepertinya menjadi sarapan paling berkesan warga Pulau Bangka pagi itu.
Ribuan pengunjung dari berbagai penjuru, termasuk beberapa turis mancanegara, memadati pesisir di Desa Terentang, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, Rabu (9/3). Bahkan, ramainya kendaraan di sepanjang Jalan Raya Koba membuat sejumlah pejabat tinggi negara terpaksa datang telat lantaran antrean mobil yang mengular hingga dua kilometer.
Sebagian pemburu gerhana itu bermalam di atas pasir pantai. Mereka berjejalan, melawan dingin angin laut di kawasan sekitar pantai yang berubah mirip pasar dan arena pameran. Sebagian lain datang sebelum atau persis selepas sembahyang subuh yang mengakibatkan masjid dan mushala sekeliling lima kali lebih ramai dari biasanya.
"Huuuu..." teriak girang para pengunjung saat menyaksikan detik-detik awal proses gerhana matahari. Rasa lelah semalaman seolah terbayar di hadapan semilir angin dan air laut yang sedang pasang.
Awan pekat sempat mengganggu pemandangan. Ia berulang kali menghadang penampakan gerhana dan membuat cemas orang-orang karena momen yang didambakan terancam hilang. Namun langit kembali cerah setengah jam kemudian hingga gerhana matahari total menggelapkan Bangka Tengah tepat pukul 07.22 WIB dan disambut kumandang takbir.
"Saya sempat melihat seperti percikan cahaya pada koronanya tadi," kata Shofiyulloh kepada rekannya, berbagi pengalaman. Ketua Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur ini memimpin tim observasi lembaganya di Pantai Terentang.
Selain dari Lembaga Falakiyah NU, para pengamat juga datang dari sejumlah lembaga riset astronomi, media massa, dan mahasiswa. Mereka mencermati detik demi detik momen spesial tersebut dengan beragam perangkat, mulai dari kamera, teleskop, hingga drone. Semua data penting direkam dan dicatat untuk kepentingan sains dan publikasi.
Begitu totalitas gerhana yang berlangsung sekitar dua menit usai, drama ketakjuban berjalan antiklimaks. Beberapa pengunjung berangsur meninggalkan pantai meski matahari masih terlihat sebagian. Jalan raya kian padat dan ratusan kendaraan merayap lebih lambat dari para pejalan kaki. Polisi lalu lintas pun sibuk mengurai kemacetan parah hingga berjam-jam.
Selain daya tarik gerhana, Pantai Terentang sejak dua hari lalu juga membawa berkah tersendiri bagi para pedagang. Lapak-lapak jualan, dari makanan hingga aksesori dan mainan, berderet di samping trotoar Jalan Raya Koba. Para pedagang asongan tampak mondar-mandir menjajakan barang.
"Alhamdulillah, sudah laku sekitar 27-an," kata Masri, penjaja boneka balon yang baru berjualan kurang dari satu jam. Pria asal Palembang ini mengaku datang ke Pantai Terentang pukul 02.30 dini hari.
Di seberang pantai, tepatnya di kawasan wisata air, gerhana matahari dirayakan dengan sembahyang gerhana matahari yang dipimpin KH Arwani Faishal, mantan wakil ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU. Shalat berjamaah kusufus syamsi lengkap dengan dua khotbahnya berlangsung khusuk dan lancar. Umat Islam dan warga secara umum menyambut gembira peristiwa gerhana matahari total kali ini. (Mahbib)