Nasional

Problem Pengangguran, Lulusan Pendidikan Lebih Banyak Ketimbang Lowongan Kerja

Kamis, 2 Januari 2025 | 17:00 WIB

Problem Pengangguran, Lulusan Pendidikan Lebih Banyak Ketimbang Lowongan Kerja

Ilustrasi pencari kerja. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Komarudin menjelaskan pentingnya kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, akademisi dalam menurunkan angka pengangguran yang menimpa jutaan orang, termasuk Gen Z. Data Badan Pusat Statistis (BPS) per Agustus 2024 menunjukkan, ada sebanyak 7,47 juta orang menganggur.


“Gotong-royong di antara pemerintah, dunia usaha, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) termasuknya, termasuk akademisi di dalamnya, kemudian ada kerja sama kolaborasi pentahelik. Kalau sudah demikian itu, gotong-royong menjadi nilai-nilai dasar dan jiwa bangsa Indonesia dalam gotong-royong untuk memajukan masyarakat bangsa Indonesia yang adil dan makmur terwujud,” ungkap Komarudin kepada NU Online beberapa waktu lalu.


Berdasarkan survei angkatan kerja nasional (Sakernas) pada Agustus 2023, jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) penduduk kelompok umur muda, yakni 15-24 tahun merupakan TPT tertinggi, mencapai 19,40%. Kelompok usia tersebut adalah kelompok Gen-Z. Usia Gen-Z sekarang di antara 14-28 tahun.


Komarudin mengungkapkan bahwa kurang terserapnya lulusan pendidikan karena lulusan pendidikan lebih banyak dibandingkan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi problem yang harus diselesaikan bersama. 


“Penyiapan lapangan pekerjaan ini sebenarnya kalau di Indonesia peluangnya banyak, hanya bisa jadi lulusannya terlalu banyak sehingga dibutuhkan penyiapan lapangan pekerjaan yang lebih banyak,” ungkapnya.


Namun, ketika lapangan kerja masih belum mencukupi kebutuhan pengangguran, maka kreativitas dalam berwirausaha sangat perlu dilakukan. Dalam hal ini Komarudin menjelaskan 3 faktor.


Pertama, dunia pendidikan harus menyiapkan siswanya memiliki jiwa wirausaha, melalui cara belajar yang mengajarkan mencari solusi dan kreasi sehingga ketika menghadapi masalah ekonomi siswa tersebut bisa berkreasi dan menciptakan usaha dan peluang usaha.


Kedua, perlu adanya dukungan pendanaan modal dari pemerintah lewat program-program. Ketiga, pendampingan teknis berusaha dan sebagainya, pendambingan perusahaan besar maupun dari BUMN, sehingga dengan demikian perusahaan kecil menjadi terbiasa dari sesi data kelola, pengemasan dan sebagainya.