Nasional

Prof Quraish Shihab Tidak Setuju Cara Pengajaran Tafsir Menjelaskan Kandungan Ayat

Kamis, 16 November 2023 | 10:00 WIB

Prof Quraish Shihab Tidak Setuju Cara Pengajaran Tafsir Menjelaskan Kandungan Ayat

Prof Quraish Shihab. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ulama Ahli Tafsir Prof Muhammad Quraish Shihab menjelaskan, bahwa al-Qur'an ketika memilih suatu kata untuk menunjuk sesuatu itu sangat-sangat teliti, sehingga kata yang berulang atau kata yang sama yang berulang itu hampir dapat dikatakan, itulah maknanya sepanjang kata itu tertulis di dalam al-Qur’an.


Itu sebabnya, ia tidak setuju dengan cara atau metode pengajaran tafsir dengan menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an. “Saya tidak setuju pengajaran tafsir itu menjelaskan kandungan ayat. Saya ndak setuju,” ungkapnya, dalam tayangan video di akun Youtube Bayt Al-Qur’an, Rabu (15/11/2023).


“Berapa lama sih satu semester Anda belajar tafsir? Berapa ayat? 30 ayat? Iya? 50? Gak mungkin, kalau mau 50. 10 semester berapa? 500 ayat? Ayat Al Quran Ada berapa?,” tanyanya, kepada para santri.


Apalagi, sambung Prof Quraish, hal biasa terulang ketika belajar shalat di tafsir, belajar lagi shalat di fiqih. Belajar zakat di tafsir, belajar lagi di fiqih. “Jadi itu cara pengajaran yang terlalu lama dan mubazir,” katanya.


Maka, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, itu mengaku semenjak dirinya di Makassar mengusulkan untuk lebih menekankan pada arti kosakata. “Saya katakan: yang kita ajarkan itu arti kosakata, bagaimana Al-Qur'an menggunakan kata itu. Sehingga kalau Anda menemukan kata itu di tempat lain, Anda sudah paham, oh ini begini,” sarannya.


Lalu, penulis Tafsir Al-Mishbah itu menjelaskan bagaimana Al-Qur'an menggunakan "in (إن), idza (إذا) dan law (لو)” dalam redaksinya. Kata ‘in (إن)’ itu untuk sesuatu yang jarang atau diragukan terjadinya. ‘Idza (إذا)’ untuk sesuatu yang pasti terjadi. Sedangkan law (لو) digunakan untuk mengandaikan sesuatu yang mustahil terjadi.


Ulama kelahiran 16 Februari 1944 itu kemudian mencotohkan Surat An-Nashr ayat 1: “’Idzâ jâ'a nashrullâhi,’ itu (pertolongan) pasti datang, walaupun belum datang,” ungkapnya.


Tak hanya itu, Prof Quraish juga mencontohkan penggalan Surat Muhammad Ayat 7: “In tanshurullâha yanshurkum,” ragukanlah pembelaan Anda terhadap Allah; jadi selalu merasa bahwa saya belum membela nih, karena ada keraguan, tidak ada kepastian, begitu seterusnya, banyak sekali,” bebernya.