Nasional

Profesor NU Anak Penjual Petis itu Kini Jadi Rektor UIN Sunan Ampel

Senin, 6 Juni 2022 | 12:00 WIB

Profesor NU Anak Penjual Petis itu Kini Jadi Rektor UIN Sunan Ampel

Prof Akhmad Muzakki jadi Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

Surabaya, NU Online

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas melantik Prof. Akhmad Muzakki menjadi Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Senin (6/6/2022). Prof Zaki, sapaan karibnya, merupakan sosok yang inspiratif dalam karir dan pengkhidmatannya di dunia pendidikan. 


Guru besar bidang sosiologi pendidikan UIN Sunan Ampel ini adalah seorang putra penjual petis di Pasar Sidoarjo. Ia merupakan sosok yang disiplin dalam hidup sehingga bisa menghantarkannya sukses di dunia pendidikan dan juga dalam aktivitas sosial dalam organisasi kemasyarakatan dan keagamaan.


“Prof Zaki hampir 3 periode di PWNU saya belajar keorganisasian dan kedisiplinan dari Prof Zaki yang menjabat sebagai Sekretaris PWNU (Sekarang di Wasekjen PBNU). Lanjut bersama lagi di MUI Jatim, beliau juga menjadi Sekretaris Umum MUI Jatim. Alhamdulillah, kini beliau menjadi Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. الله يبارك في علمه وجهاده في التعليم والتعلم,” tulis Ketua Aswaja center Jawa Timur KH Ma’ruf Khozin melalui akun media sosialnya sesaat setelah mendengar kabar tersebut.


Prof Zaki merupakan guru besar termuda di kampus UIN Sunan Ampel. Ia menyandang gelar Profesor sejak 1 November 2014 dengan SK Nomor 3755/A4.3/KP/2015 yang ditandatangani Mohamad Nasir, Menristekdikti.


Sementara saat melantik Prof Zaki bersama sejumlah Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) lainnya, Menag meminta para rektor untuk menjadi pemimpin yang baik bagi lingkungan kerjanya. 


“Para Rektor dan Kepala Biro PTKN harus bisa membuktikan bahwa saudara-saudara siap memajukan Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri sesuai tugas dan fungsi yang diamanahkan kepada saudara," harapnya dikutip dari laman kemenag.go.id.


Menag menegaskan bahwa PTKN  bukanlah perguruan tinggi kelas dua. PTKN memiliki potensi, peluang dan keunggulan seperti perguruan tinggi lainnya. Hal ini telah dibuktikan dengan capaian beberapa PTKN dengan berbagai prestasi.


Menag juga berharap harus bisa mencetak para ahli agama (agamawan) yang sarjana sekaligus sarjana yang agamawan. PTKN juga harus bisa melahirkan intelektual publik yang mempunyai tanggung jawab terhadap masa depan umat, bangsa, negara dan kemanusiaan.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Fathoni Ahmad