Jakarta, NU Online
Cinta punya posisi penting dalam agama Islam. Para sahabat dan para ulama mengandalkan cinta kepada orang-orang saleh sebagai syafaat bagi mereka menghadapi akhirat.
"Itulah rahasianya kenapa kiai-kiai kita kenapa ulama-ulama kita mengajak agar kita mencintai as-shalihin, orang-orang yang saleh," kata Habiburrahman el-Syirazi saat memberikan ceramah pada buka bersama di kediaman Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) H Zainut Tauhid Saadi di Pancoran, Jakarta Selatan, pada Ahad (26/5).
Kang Abik, sapaan akrab Habiburrahman, mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahwa orang akan bersama orang yang ia cintai. Di luar hadis tersebut, Anas mengungkapkan bahwa ia mencintai Rasulullah, mencintai Abu Bakar, mencintai Umar bin Khattab. Meskipun amalnya belum seperti mereka, tetapi dengan bekal cintanya kepada mereka, sahabat berjuluk khadim Rasulullah itu berharap kelak di surga bisa bersama mereka.
Penulis novel-novel bertema cinta itu juga mencontohkan sosok Imam Syafii. Mengutip syairnya, ia menjelaskan bahwa ulama mujtahid itu begitu tawadlu sehingga mengaku bukan bagian dari orang saleh, tetapi ia mencintai mereka.
"Aku mencintai orang-orang shaleh, dan aku bukan dari mereka. Semoga dengan mencintai mereka aku mendapat syafaat dari mereka," kata alumnus Pondok Pesantren Mranggen, Demak itu menerjemahkan syair Imam Syafii.
Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya itu mencontohkan dua orang sahabat Nabi saat Perang Khandaq. Mereka bergantian berjaga, satu istirahat, yang lain berjaga. Sahabat yang berjaga melaksanakan shalat malam.
Di saat nikmatnya membaca Al-Qur'an dalam shalatnya, ia terkena busur panah musuh. Ia diam. Panah kedua juga mengenai tubuhnya. Ia tetap melanjutkan ibadahnya. Saat panah ketiga itu ia segera menyelesaikan shalatnya dan membangunkan rekannya.
Sahabat yang berjaga, kata Kang Abik, ditanya oleh sahabat yang istirahat terkait alasannya kenapa baru memberi tahunya di panah ketiga.
"Karena tadi aku gak mau memutuskan perbincanganku dengan Allah swt.," jawab sahabat tersebut sebagaimana disampaikan oleh Kang Abik. (Syakir NF/Abdullah Alawi)