Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama Lembaga Dakwah (LD) PBNU dan Pimpinan Pusat (PP) NU Care Lazisnu menggelar Istighatsah dan Doa bersama untuk keselamatan bangsa, secara virtual, pada Jumat (4/12) malam. Acara ini juga disiarkan langsung melalui Kanal Youtube 164 Channel.
Secara khusus, doa dan istighotsah ini ditujukan agar para kiai dan nyai serta santri dan pengurus pesantren, yang wafat selama masa pandemi Covid-19 dan sedang dirawat isolasi karena terpapar Covid-19.
Ketua Satuan Koordinasi Covid-19 RMI PBNU H Ulun Nuha menyatakan bahwa selama sembilan bulan pandemi berlangsung di negeri ini, sudah hampir 200 kiai dan nyai berpulang akibat terpapar Covid-19.
“Itu sebuah kehilangan yang sangat besar karena sebagaimana dikatakan bahwa mautul ‘alim mautul ‘alam, satu orang alim meninggal dunia sama dengan meninggalnya seluruh alam raya ini,” kata Ulun, haru.
Di samping itu, hampir 100 pesantren terpapar Covid-19 dalam enam bulan terakhir ini. Kini, sebagian masyayikh, ulama, kiai, nyai, santri, dan pengurus pesantren masih banyak yang dirawat untuk berikhtiar mendapat kesembuhan dalam perang melawan virus.
Di tengah suasana yang demikian itu, RMI PBNU menggelar doa dan istighotsah sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar kemanusiaan setelah berusaha sangat maksimal untuk menjaga para kiai dan pesantren.
“Saat ini kita menggenapkan ikhtiar kita yaitu beristighotsah, memohon kepada Allah untuk kesembuhan para alim ulama, sesepuh, santri, pengasuh pesantren di seluruh Indonesia yang sedang diberikan ujian dan cobaan dengan musibah Covid-19,” katanya.
“Dan juga untuk para arwah yang telah mendahului kita. Umumnya juga untuk keselamatan seluruh bangsa ini. Karena kita memahami bahwa NU dan pesantren adalah salah satu pilar penting dari NKRI,” lanjut Ulun.
Selanjutnya Ketua RMI PBNU KH Abdul Ghoffar Rozin, doa yang dipanjatkan semalam kepada Allah dilakukan dengan hati yang tulus, ikhlas, rendah untuk memohonkan diri agar segala dosa dapat diampuni Allah.
“Sekaligus kita memohon kepada Allah agar umat dan bangsa ini, nahdliyin, kiai, nyai, masyayikh, santri diberikan keselamatan lahir batin sehingga bisa melewati masa pandemi ini dengan sebaik-baiknya. Artinya, baik untuk para santri, baik untuk para kiai, baik untuk bangsa ini, di dunia dan akhirat,” ungkap Gus Rozin, sapaan akrabnya.
Menurut Gus Rozin, persoalan Covid-19 ini tidak bisa dihadapi secara parsial atau hanya sepotong-sepotong tetapi mesti sejalan antara zahir dan batin. Kedua-duanya mesti saling beriringan, tidak bisa hanya dilakukan salah satu dari keduanya.
“Maksudnya, sepotong-sepotong secara zahir yang artinya kita setengah hati melaksanakan protokol kesehatan secara konsisten. Kadang-kadang konsisten, kadang-kadang tidak. kadang-kadang berdisiplin tapi kadang-kadang kita melakukan kegiatan yang cukup membahayakan, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk umat,” jelasnya.
Sementara sepotong-sepotong secara batin adalah ketika tidak menyerahkan diri atau berserah secara total kepada Allah. Ia mengatakan bahwa syarat agar doa diterima Allah ketika si pendoa dengan tulus, ikhlas, dan benar-benar bertaubat seraya mengakui berbagai dosa yang selama ini telah diperbuat.
“Dua upaya zahir dan batin (harus) secara penuh dan tidak sepotong-sepotong itu mutlak diperlukan saat ini. Alangkah sedihnya kita, ketika setiap hari memberikan ucapan takziyah kepada keluarga para kiai, nyai, dan masyayikh yang ditinggalkan. Kepada para santri yang kehilangan kiainya. Kepada umat yang kehilangan panutannya,” tutur Gus Rozin, haru.
“Mungkin para kiai dan nyai (yang telah wafat) itu dan insyaallah saya yakin akan mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Diterima segala amal ibadahnya dan sekaligus dimaafkan segala dosanya,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, istighotsah dipimpin oleh Wakil Ketua LD PBNU KH Misbahul Munir Kholil. Sementara Pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Abdullah Kafabihi Mahrus memberikan mauizoh hasanah sekaligus membacakan doa yang secara khusus ditujukan kepada Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
Selain Lirboyo, beberapa pesantren lain juga turut hadir secara virtual. Mereka berkumpul di dalam satu tempat dengan menjaga jarak serta memakai masker dan kemudian terhubung secara daring untuk bersama-sama berdoa dan istighotsah.
Beberapa pesantren itu di antaranya Pesantren Maslakul Huda Kajen, Pati, Jawa Tengah, Pesantren Gani Tirto Asri Wonogiri, Jawa Tengah, Pesantren Ar-Risalah Mlangi, Sleman, Yogyakarta, Pesantren Anwar Futuhiyah, Yogyakarta, Pesantren Darul Ihsan Gresik, Jawa Timur, Pesantren Nurul Hikmah, Trenggalek, Jawa Timur, dan Pesantren Al-Hamidiyah Pangandaran, Jawa Barat.
Selain itu, hadir pula secara virtual seluruh pengurus NU, lembaga, dan banom di seluruh Indonesia. Bahkan hadir pula perwakilan NU Malaysia dan Pakistan. Tak hanya itu, seluruh dokter dari Persatuan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) pun turut hadir untuk berdoa bersama-sama.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua