Roan dan Mayoran Ajarkan Kebersamaan dan Gotong Royong di Pesantren
Jumat, 18 Oktober 2024 | 16:00 WIB
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Basnang Said pada kegiatan roan dan santri menanam di pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur pada Jumat (18/10/2024). (Foto: dok. Kemenag)
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dalam upaya mengedukasi para santri mengenai nilai-nilai demokrasi, pesantren di Indonesia menerapkan kegiatan roan dan mayoran untuk menanamkan kesadaran, kebersamaan, dan hak-hak setiap orang.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) Basnang Said menjelaskan bahwa roan merupakan sebuah tradisi gotong royong yang ada di lingkungan pesantren.
“Kegiatan roan ini para santri diajarkan kebersamaan, maka tidak boleh ada perkataan yang kami bersihkan hanya kamar kami, yang kami bersihkan hanya kelas kami tetapi yang kita bersihkan secara bersama-sama adalah wilayah di mana pun kita tinggal termasuk di pondok pesantren,” ujar Basnang pada kegiatan roan dan santri menanam di pesantren Al-Hamid, Cilangkap, Jakarta Timur pada Jumat (18/10/2024).
Basnang juga menyampaikan mengenai kegiatan mayoran menjadi tradisi di pesantren merupakan bentuk demokrasi. “Sesungguhnya mayoran adalah agenda demokrasi, kenapa? Karena di dalam mayoran itu sedang dilatih para santri untuk tidak mengambil terlalu banyak hak orang lain,” ujarnya.
Pengasuh Pesantren Al-Hamid KH Lukman Hakim Hamid menjelaskan roan merupakan kegiatan kerja bakti yang diterapkan di lingkungan pesantren dan penerapan Pancasila sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia.
“Roan ini merupakan apresiasi atau tindak lanjut dari sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia, melalui roan menjadi bentuk kesatuan atau ittihadul wahdah,” ujar Kiai Lukman.
Ia menjelaskan bahwa mayoran merupakan tradisi makan bersama yang dilakukan di pesantren. Melalui kegiatan mayoran ini mencerminkan Pancasila sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Dalam kegiatan mayoran, sebenarnya kita sedang menerapkan Pancasila sila ke-5 atau keadilan sosial, karena di dalam nampan inilah kita akan banyak filosofi dalam kehidupan, ketika kita makan di nampan, kita akan memiliki rasa tepo seliro atau memiliki rasa sosial,” ujar Lukman.
Ia juga menambahkan bahwa santri sebenarnya sudah banyak menerapkan nilai-nilai demokrasi dan Pancasila dalam kehidupan kesehariannya. Sehingga, diharapkan santri siap untuk menjadi pemimpin baik di lingkungan pesantren hingga di masyarakat secara luas.
Momen Hari Santri 2024 diisi oleh sejumlah kegiatan di antaranya penanaman pohon oleh pesantren di seluruh Indonesia dan kompetisi santri di bidang foto, video, dan film pendek.
Adapun apel puncak Hari Santri 2024 akan dilaksanakan di Monumen Tugu Proklamasi Jakarta pada Selasa (22/10/2024) pagi. Apel Hari Santri juga serentak dilakukan oleh pengurus NU dan badan otonom NU, serta pondok pesantren di seluruh Indonesia.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua