Nasional FORUM R20

Segera Dihelat, Ketum PBNU Jelaskan Bahasan dan Implementasi Forum R20

Rabu, 7 September 2022 | 15:30 WIB

Segera Dihelat, Ketum PBNU Jelaskan Bahasan dan Implementasi Forum R20

Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online 
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan, gagasan dasar Forum Religion of Twenty (R20) adalah komitmen untuk menciptakan platform diskusi antarpemimpin agama dunia yang lebih terbuka, jujur, dan implementatif. Forum tersebut akan digelar pada 2-3 November 2022 di Bali.


"Kita ingin memanfaatkan momen G20 yang diselenggarakan dan dipimpin Indonesia untuk mendapatkan leverage yang lebih besar bagi forum antartokoh dan pemimpin agama," ungkapnya dalam konferensi pers di Ritz Carlton Jakarta, Rabu (8/9/2022). 


Adapun isu utama yang akan dikaji dalam forum tersebut terdiri dari beberapa bahasan. Pertama, pengungkapan kebenaran atas kepedihan sejarah. 


Isu tersebut berangkat dari interaksi umat antaragama kerap kali tidak terjalin mulus. Sebaliknya, agama justru melatarbelakangi percekcokan antarkelompok. Problem tersebut cenderung kontinu dari waktu ke waktu.


"Saling menyakiti dari dulu. Diskriminasi kelompok Yahudi, konflik Katolik dengan Anglikan, Syiah dan Sunni, ini berabad-abad sudah ada," ujar kiai yang karib disapa Gus Yahya itu. 


"Kita harus membicarakan ini dengan jujur. Apa sebetulnya luka-luka yang kita derita selama ini. Kita sampaikan kebenaran tentang apa yang terjadi dan bicara tentang rekonsiliasi," tambahnya. 


Kedua, perangkulan nilai-nilai mulia yang bersumber dari agama dan peradaban besar dunia. Salah satunya keadilan. Hal itu perlu dipelajari kembali secara jelas. 


"Kita butuh ukuran yang jelas tentang toleransi, namun toleransi seperti apa. Jadi, kita perlu mengidentifikasi nilai bersama. Nilai ini yang akan diidentifikasi dan perjuangan secara bersama," paparnya. 


Ketiga, rekontekstualisasi ajaran agama yang usang dan bermasalah: mengidentifikasi nilai-nilai yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menjamin koeksistensi damai dan ekologi spiritual.


"Di Indonesia, seperti soal kafir yang halal darahnya. Norma ini menjadikan pembenaran untuk persekusi dan bermusuhan," ujarnya. 


Kurangnya jangkauan implementasi dialog antaragama 

Ia menjelaskan, inisiatif penyelenggaraan forum R20 berangkat dari implementasi output dialog antaragama yang dianggap kurang menjangkau penganut agama secara keseluruhan, melainkan berhenti di level elite agama semata. 


"Interfaith dialog ini sudah ada sejak lama sekali, sehingga bahkan langsung membentuk aksinya sendiri. Tapi selama itu, orang tidak bisa membantah bahwa yang dibahas di dialog agama itu adalah diplomasi antartokoh agama, tidak membahas masalah agama itu sendiri," jabarnya. 


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin