Nasional RISET BLA JAKARTA

Sejak Abad Ke-15, Nilai Keislaman Pengaruhi Peradaban Lampung

Jumat, 13 Desember 2019 | 06:30 WIB

Sejak Abad Ke-15, Nilai Keislaman Pengaruhi Peradaban Lampung

Ratu Angguan Abdul Roni (74 tahun), masih menyimpan rapi naskah HNB ini di kediamannya di Lampung. (Foto: Mahmudah/BLAJ)

Suatu peradaban dalam praktek keseharian masyarakat merupakan ekspresi dari sistem nilai, tatanan moral, dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Konsep ini dapat dengan mudah dibuktikan pada keseharian masyarakat perkotaan dan warga desa pedalaman yang jauh berbeda.

Hal yang sama juga dapat dilihat pada perilaku keseharian orang berilmu yang tak sama dengan perilaku masyarakat awam. Artinya, suatu kebiasaan, tingkah laku seseorang, bahkan praktek sosial suatu masyarakat terkait erat dengan wawasan keilmuan, sistem nilai, dan tuntutan sosial yang melingkupi mereka.

Peneliti Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta Balitbang Diklat Kemenag, Mahmudah Nur, dalam penelitiannya tentang naskah Hikayat Nabi Bercukur (HNB) menemukan suatu fakta sosial masyarakat Lampung yang banyak dipengaruhi nilai-nilai keislaman. Penelitian yang ia lakukan secara spesifik mengangkat naskah kuno Lampung sebagai objek utamanya. Yaitu naskah HNB yang berada di Majelis Penyeimbang Adat Lampung (MPAL).

Temuan utama peneliti, setelah melakukan serangkaian proses penelitian panjang yang ditemani Lisa Misliani dan Aris Rakhmat dari Balai Bahasa Lampung, adalah realita bahwa masyarakat Lampung sejak abad ke-15 sudah bersinggungan dengan Islam. Kesimpulan ini didapati dari analisis mendalam atas naskah HNB tersebut.

“Naskah HNB merupakan koleksi pribadi Ratu Angguan Abdul Roni (74 tahun). Pria kelahiran Lampung, 21 Juli 1945 ini menyimpan naskah tersebut di kediamannya di Jl. Indra Bangsawan Gg. Bangsa Ratu No 56 B Rajabasa Lampung. Ia aktif sebagai anggota MPAL di bidang hukum adat dan budaya,” tulis Mahmudah.

Ia menuturkan, NHB yang diperkirakan ditulis pada abad-15, bersamaan dengan awal masuknya Islam ke Nusantara telah menyebutkan kata Allah dan Muhammad dalam teksnya. Artinya, pada masa itu masyarakat Lampung sudah berkenalan dengan ajaran Islam. Temuan ini selanjutnya meniscayakan praktek sosial keseharian masyarakat Lampung mendapat pengaruh kuat dari ajaran Islam sejak abad ke-15.

Pengaruh HNB
Untuk melihat seberapa jauh Islam memberi pengaruh terhadap peradaban masyarakat Lampung, peneliti dalam tulisannya membatasi diri pada peran dan fungsi HNB. Mulai dari realitas masyarakat yang mempercayai dan mengamalkan kandungan HNB, cara masyarakat Lampung memperlakukan dan memosisikan HNB hingga praktek masyarakat melakukan dan mengamalkan HNB itu sendiri. 

Terkait pengaruh HNB ini, Mahmudah mengelompokkan peran dan fungsi HNB dalam dua hal, yaitu pengaruh ideologis berupa keyakinan dan kepercayaan kepada Allah dan Rasul-Nya serta pengaruh sosiologis di mana HNB dijadikan salah satu ritual adat dalam tradisi dan adat Lampung.

Untuk mengungkap hasil temuan tersebut, Mahmudah terlebih dahulu mengupas tuntas kandungan pokok naskah HNB, dapat membuat korelasi asimilatif antara naskah HNB dengan konteks sosial masyarakat Lampung di masanya. Untuk hal ini, peneliti menekankan pada kandungan utama naskah HNB yang bertutur tentang kisah Nabi Muhammad yang dicukur oleh Malaikat Jibril.

Dalam deskripsi yang lebih luas, Mahmudah mengkategorikan HNB sebagai karya kesusasteraan Melayu zaman Islam yang bercorak legenda. Proyek penulisan yang demikian, menurut peneliti, bertujuan mengkultuskan pribadi Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman.

Tak ayal, dalam naskah HNB tersebut menggambarkan sosok Muhammad sebagai seorang nabi yang tinggi martabatny. Muhammad digambarkan sebagai makhluk kultus dan suci bahkan sampai pada kepercayaan Muhammad dapat dijadikan azimat-azimat untuk menolak bala dan untuk mendapatkan keberuntungan.

Secara korespondensi, isi kandungan HNB yang menjunjung tinggi Nabi Muhammad berdampak besar pada kepercayaan dan keyakinan masyarakat Lampung atas kerasulan Muhammad itu sendiri. Dalam kata lain, secara ideologis penulisan HNB model ini telah berhasil menggeser kepercayaan masyarakat Lampung dari agama lokalnya menuju agama Islam. Pengaruh ini dapat pula disebut dengan fungsi Islamisasi.

Setelah pengaruh ideologis ini berhasil, selanjutnya HNB memberi pengaruh besar terhadap praktek perilaku keseharian masyarakat. Beberapa hal yang dapat disebutkan dalam pengaruh ini adalah; rambut nabi Muhammad yang oleh masyarakat Lampung dikultuskan dan dijadikan azimat. Tak hanya itu, naskah HNB itu sendiri diyakini memiliki kekuatan gaib tertentu.

Lebih dari itu, pengaruh HNB dapat ditemukan dalam sistem adat dan tradisi Lampung. Naskah HNB di Lampung dibacakan saat pemotongan rambut bayi pertama kalinya. Ritual ini di sebut dengan tradisi “becukor”. Menurut peneliti, tradisi ini sejatinya sudah sejak dahulu kala telah dikerjakan oleh masyarakat Lampung. Namun setelah datangnya Islam, dalam tradisi “becukor” ini ada ritual pembacaan naskah HNB.
 
Mahmudah menyebutkan bahwa tradisi “becukor” mempunyai makna yang penting dalam masyarakat Lampung baik dari segi prosesi maupun perlengkapan becukor bagi sang bayi. Bahkan bagi suatu keluarga yang belum melaksanakan ritual “becukor” ini dianggap meme (Bahasa Lampung: aib).

Dari beberapa deskripsi di atas, sebagaimana yang dipaparkan secara komprehensif oleh Mahmudah dalam laporan hasil penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa HNB memberi sumbangsih yang cukup besar terhadap keyakinan beragama serta konstruk tradisi dan adat-istiadat masyarakat Lampung.
 
Penulis : Ahmad Fairozi
Editor: Musthofa Asrori