Seminar Forum Demokrasi di UI Refleksikan Masa Depan Indonesia Jelang Pemilu 2024
Jumat, 2 Februari 2024 | 10:30 WIB
Depok, NU Online
Demokrasi adalah sesuatu yang harus terus diperjuangkan, tidak dianggap sebagai sesuatu yang terberi. Inilah semangat yang terbit dari kegiatan Forum Demokrasi yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia bersama Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities (AWPCH) UI dan Yayasan Bani Abdurrahman Wahid, pada Rabu (31/1/2024).
Forum yang mengambil tema Refleksi Masa Depan Demokrasi Indonesia menghadirkan Dekan FISIP UI Prof Semiarto Aji Purwanto, Dewan Pengarah Gardu Pemilu Anita Wahid, Dewan Pembina Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) sebagai pembicara. Sementara Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI Aditya Perdana bertindak sebagai moderator.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Auditorium Mochtar Riady FISIP UI ini, para pembicara menyampaikan berbagai refleksi mengenai perjalanan demokrasi Indonesia hingga hari ini, khususnya menjelang pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) 2024.
“Pemilu 2024 di Indonesia adalah pemilu terbesar yang dilaksanakan serentak dalam satu hari dengan tingkat kerumitan teknis paling tinggi di dunia,” tutur Pembina Perludem Titi Anggraini.
Ia juga mengingatkan bahwa berbagai indikator global yang mencoba mengukur situasi demokrasi menunjukkan bahwa memang terjadi penurunan nilai Indonesia.
“Tahun 2024 adalah persimpangan yang akan menentukan masa depan demokrasi kita,” lanjut Titi.
Baca Juga
Kelakar Gus Dur soal Demokrasi Orde Baru
Sementara itu, Dewan Pengarah Gardu Pemilu Anita Wahid menegaskan bahwa memang kondisi demokrasi Indonesia belum pernah ideal. Namun, polarisasi politik dalam beberapa periode terakhir membuat situasinya memburuk. Ia mencontohkan narasi Taliban yang pernah digunakan untuk melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi.
“Begitu KPK, institusi yang mendapat dukungan terkuat dari publik bisa dilemahkan, berbagai inisiatif yang tidak demokratis dapat didorong dengan mulus,” jelas salah satu putri Gus Dur itu.
Dekan FISIP UI Prof Semiarto Aji Purwanto mengingatkan bahwa upaya membumikan demokrasi harus ditopang oleh pemahaman yang baik tentang tradisi politik lokal di Indonesia yang beragam.
“Ada keragaman budaya politik yang membuat demokrasi tidak dipahami secara sama dalam praktiknya,” jelas Prof Semiarto.
Ia menegaskan, Forum Demokrasi menjadi wadah berefleksi untuk merenung, berdiskusi, serta menyusun langkah-langkah konkrit dan rekomendasi membangun demokrasi Indonesia yang berkualitas.
“Dengan keteladanan yang dicontohkan oleh Gus Dur, sang parrhesiast, kedewasaan demokrasi Indonesia dapat terpenuhi dengan sikap keberanian memegang teguh nilai-nilai demokrasi yang jujur, adil dan bermartabat,” lanjutnya.
Abdul Gofur dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia mengatakan bahwa seminar Forum Demokrasi bermanfaat untuk memberikan edukasi terkait demokrasi, pluralisme dan toleransi.
“Kontribusi yang diberikan adalah membuka cara pandang pemerintah terkait kebutuhan demokrasi yang berubah dibandingkan dengan demokrasi tempo dulu,” kata Abdul Gofur.
Kegiatan Forum Demokrasi: Refleksi Masa Depan Demokrasi Indonesia ini diselenggarakan oleh Yayasan Bani Abdurrahman Wahid (YBAW) bersama Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), dan Abdurrahman Wahid Center for Peace and Humanities Universitas Indonesia (AWCPH UI).
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua