Rembang, NU Online
Sekitar 1000 penabuh rebana akan meramaikan acara Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdaltul Ulama (PBNU) di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah pekan depan.
Mereka merupakan para penabuh rebana (penerbang) yang dikoordinir oleh grup hadrah Jam'iyah Maulid Kubro (JMK) yang merupakan generasi milenial pecandu shalawat dan burdah dari kota garam.
Sebagai ciri khas, komunitas satu ini memilih menyelenggarakan acara berbasis kesantrian, baik secara independen maupun bersinergi dengan pemerintah setempat.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lasem KH Shalahudin Fattawi membenar kabar tersebut. Menurutnya, penampilan seribu penabuh rebana itu akan pentas pada tanggal 17 Maret 2020 sekitar pukul 19.00 WIB dengan menghadirkan Habib Muhammad Syarif Al Habsyi dari Solo.
"Kegiatan penampilan 1000 penerbang akan ditempatkan di lapangan Desa Gondanrejo, Kecamatan Sarang yang menjadi tempat berdirinya pondok pesantren Al-Anwar II," jelasnya.
Menurut Kiai Shalahudin, acara salawatan itu diselenggarakan untuk memberikan warna tersendiri bagi pembukaan Munas dan Konbes NU yang dapat dinikmati masyarakat pecinta salawat.
“Untuk tanggal 17 siang itu kan karnaval. Malamnya itu baru acara shalawatan bareng seribu rebana,” jelas Ketua PCNU Lasem.
Jam'iyah Maulid Kubro sendiri lahir pada tahun 2017 bertepatan dengan peringatan Hari Santri 22 Oktober yang diselenggarakan oleh komunitas Obrolan Santri (OS) yang juga dihadiri oleh 1000 penabuh rebana.
Salah satu pencetus berdirinya komunitas Obrolan Santri Moch Tijani Abu Naim mengatakan, komunitas OS sendiri peluncuran perdananya di Radio Nur FM Rembang pada 2016 silam. Dalam forum tersebut membahas tentang ngaji melenial dengan menjunjung tinggi norma ke Indonesiaan.
“Kami tayang perdana itu di Radio milik PCNU Rembang. Kita kita membahas ngaji dan keagamaan. Kemudian setelah kami terbentuk, baru kemudian terbentuklah JMK,” kata Moch Tijani
.
Ide awal mulanya dibentuk komunitas merupakan tempat untuk berkumpul pemuda pemudi santri sebagai upaya penjaga tradisi Nahdlatul Ulama.
“Saat kami berkumpul ya kita baca burdah dan shalawat sesuai dengan nasehat abah kita bersama KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus),” pungkasnya.
Kontributor: Asmui Habibi
Editor: Abdul Muiz