Siaga Musim Kemarau Tiba, Masyarakat Diimbau Jaga Sumber Air hingga Siapkan Tandon
NU Online · Selasa, 30 September 2025 | 18:00 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Kekeringan masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Indonesia saat musim kemarau tiba. Berdasarkan Data Bencana Indonesia 2024 yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat bencana kekeringan terjadi sebanyak 89 kali dan menyebabkan 1.480.331 jiwa terpaksa mengungsi.
Dalam Buku Saku BNPB berjudul Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana (2019), dijelaskan bahwa kekeringan merupakan kondisi kekurangan pasokan air akibat minimnya curah hujan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu musim atau lebih.
“Kondisi ini mengakibatkan kekurangan air bagi berbagai sektor, mulai dari kebutuhan rumah tangga, pertanian, hingga lingkungan,” demikian keterangannya yang diakses NU Online pada Selasa (29/9/2025).
BNPB merinci tiga tahapan penting yang dapat dilakukan masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan, yakni pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana.
Pra-bencana
- Menjaga kelestarian sumber atau mata air.
- Tidak merusak hutan atau kawasan cagar alam.
- Menggunakan air dengan bijak.
- Membuat waduk atau embung secara kolektif untuk menampung air hujan yang dapat digunakan saat musim kemarau.
- Menyediakan tandon air di pekarangan rumah guna menampung air hujan.
- Dalam sektor pertanian, memanfaatkan mulsa sebagai penutup tanah untuk menjaga kelembapan, menekan pertumbuhan gulma, serta mencegah penyakit pada tanaman.
Saat Bencana
- Melapor dan meminta bantuan air bersih kepada pihak berwenang.
- Mengatur jadwal penggunaan air yang masih tersedia.
- Melaksanakan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) bila memungkinkan.
- Menyimak informasi terkini dari media sosial serta sumber resmi pemerintah.
Pasca-bencana
- Membuat sumur resapan atau biopori untuk menambah cadangan air tanah.
- Membangun waduk atau bendungan sebagai upaya jangka panjang penampungan air hujan.
Namun, di tengah persiapan menghadapi kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam laman bmkg.go.id menjelaskan hujan akan terus turun di musim kemarau artinya terjadi kemarau basah.
Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Kerusakan Alam dan Lalainya Pemangku Kebijakan
2
Khutbah Jumat: Mari Tumbuhkan Empati terhadap Korban Bencana
3
Pesantren Tebuireng Undang Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU untuk Bersilaturahmi
4
20 Lembaga dan Banom PBNU Nyatakan Sikap terkait Persoalan di PBNU
5
Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU Hadir Silaturahim di Tebuireng
6
Gus Yahya Persilakan Tempuh Jalur Hukum terkait Dugaan TPPU
Terkini
Lihat Semua