Jakarta, NU Online
Pembantaian terhadap warga Palestina adalah salah satu bukti betapa moral peradaban yang disebut modern ini telah mencapai titik nadirnya. Ketika manusia diberi ruang untuk menunjukkan sisinya yang lebih nista dari binatang. Jika binatang membunuh hanya untuk makan, apa yang terjadi di Palestina menunjukkan manusia bisa melakukan genosida demi apa saja.
Demikian salah satu poin yang diungkapkan Anis Sholeh Ba’asyin saat membuka Ngaji Allah Suluk Maleman pada Sabtu (23/12) malam di Rumah Adab Indonesia Mulia.
Setelah itu ia meminta Sampak GusUran membawakan We Will Not Go Down, sebuah lagu yang dipersembahkan Michael Hart untuk menyemangati warga Gaza. Sebagai bentuk empati dan dukungan, malam itu Anis sengaja mengenakan surban dan slayer yang identik dengan Palestina.
Baca Juga
Suluk Maleman; Peradaban Mabuk
Selanjutnya Anis Sholeh Ba’asyin mencoba membedah masalah sihir yang menjadi salah satu tema utama Suluk Maleman edisi ke 144 tersebut. Sihir berasal dari bahasa Arab, dan punya muatan makna: tipu daya atau pesona.
Meski tidak menafikan aplikasinya di tingkat personal, yang salah satunya oleh Surat Al Falaq disebut sebagai kejahatan para peniup buhul; atau dalam khasanah Jawa disebut santet; namun makna sihir pada dasarnya lebih luas dari itu.
"Sihir pada dasarnya adalah bentuk pengelabuan, manipulasi dan tipu daya untuk mengendalikan kesadaran pihak lain. Sasaran sihir adalah membuat manusia kehilangan sebagian atau seluruh kendali kesadaranya atas dirinya sendiri. Biasanya ini dilakukan dengan menciptakan harapan dan ketakutan palsu," ujarnya.
Dalam Al-Qur’an misalnya, disinggung kisah Fir’aun yang memanfaatkan para penyihir untuk menciptakan atmosfer ketakutan ke masyarakat. Dengan ketakutan ini, masyarakat mudah dikendalikan untuk taat padanya. “Dalam kisah tersebut, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran,” jelas Anis.
Pertama, dalam perspektif pikiran Fir’aun, kehadiran Musa disikapi tak lebih dari sekadar jenis penyihir yang lain, karena itu ia mencoba mengadu Musa dengan pasukan ahli sihirnya. Kedua, sebagai praktisi atau orang yang menguasai ilmu sihir, para penyihir Fir’aun langsung tahu bahwa apa yang dikerjakan Musa bukanlah sihir; karena itu mereka langsung bertaubat dan mengikuti ajaran Musa. Ketiga, karena sejak awal perspektif pikiran Fir’aun hanya dibangun berdasar fenomena yang bisa dicerapnya saja, maka apa yang terlihat dihadapannya hanya fenomena dua macam penyihir yang sedang bekerja sama melawannya.
“Ada bentuk atau fenomena yang tampak mirip atau bahkan sama, tapi substansinya jauh berbeda atau bahkan berlawanan. Semua begitu tipis jaraknya kalau tidak waspada kita memang akan gampang terjebak. Hanya kecerdasan hati yang mampu merasakan dan membedakannya,” tambah Anis.
Bukan hanya Musa yang pernah dianggap sebagai penyihir oleh penguasa atau masyarakatnya, rata-rata Nabi pernah diposisikan demikian. Oleh Bani Israil, Nabi Sulaiman dituduh membangun kerajaannya melalui sihir. Nabi Muhammad pun tak tak lepas dari tuduhan serupa. Kelompok Quraisy meminta semua orang untuk menutup telinganya dengan kain bila bertemu Nabi Muhammad, karena menganggap apa yang diucapkan oleh Nabi adalah sihir.
“Sekali lagi kita melihat bahwa bahasa diposisikan sebagai perantara sihir,” lanjut Anis.
Kalau kita lihat dari catatan sejarah, peradaban manusia memang dibentuk lewat bahasa; dengan narasi dan wacana, termasuk harapan dan ketakutan. Bahasa memang salah satu fondasi penting peradaban. Masalahnya adalah: apakah narasi yang dibangun hanya untuk membela kepentingan tertentu atau demi merealisasikan potensi kebenaran bagi manusia dan kemanusiaan?
Baca Juga
Ngaji Ngallah, Peradaban Para Pengigau
“Media sihir paling efektif memang lewat bahasa. Dengan menanamkan narasi yang diolah sedemikian rupa, setahap demi setahap masyarakat mampu diubah, tentu saja ke arah negatif. Modernitas sekarang ini pun dibangun berdasarkan narasi tertentu,” imbuhnya.
Karena sama-sama menggunakan bahasa, batas antara kebenaran dan sihir, antara yang haq dan bathil, kebaikan dan kejahatan justru bisa dibuat tipis; sehingga rata-rata manusia kesulitan membedakan. Padahal banyak hal yang terlihat serupa namun berlawanan substansinya. Salah satu permainan sihir adalah memanipulasi keduanya lewat bahasa.
“Ada satu ilustrasi Al-Qur’an yang menarik dan bisa dipakai sebagai ukuran, apakah yang datang adalah ajaran kebenaran atau sihir,” jelas Anis.
“Ayat ini berbicara tentang bagaimana situasi orang-orang yang menolak kebenaran. Digambarkan bahwa situasi orang yang menolak kehadiran kebenaran, adalah seperti orang terangkat ke langit yang tinggi. Kita tahu bahwa semakin naik ke ketinggian, semakin sedikit oksigen yang tersedia; sehingga dampaknya orang seperti tercekik. Semakin tinggi, semakin kuat ketercekikannya,” tambah Anis.
Menurut Anis, ini membuktikan adanya kesesuaian atau kompatibilitas antara kebenaran yang datang dengan kondisi fitrah manusia. Bila kondisi hati dan pikiran manusia bersih, maka dengan semakin gampang dia menerima dan merealisasikan kebenaran. Bila sebaliknya, maka situasi ketercekikan yang terjadi.
Sementara bila sihir yang datang, karena substansi sebenarnya tak bersesuaian atau bahkan berlawanan dengan fitrah manusia, maka dengan hati dan pikiran yang bersih kita akan segera merasakan dan menolaknya, tanpa ada ketercekikan seperti di atas. Jadi kunci menghadapi sihir adalah kewaspadaan menjaga hati dan pikiran; pintu masuk sihir selalu lewat proses keterlenaan.
Anis Sholeh Ba’asyin bahkan menyebut sebenarnya tak ada kekuatan kegelapan di dunia ini. Tidak ada bencana alam yang disebabkan karena kekuatan kegelapan. Iblis bisa beroperasi hanya lewat manusia, lewat peradaban yang dibangun manusia.
Jalannya Suluk Maleman kian hangat dengan iringan musik Sampak GusUran. Ratusan orang tampak mengikuti baik datang langsung maupun lewat berbagai platform media sosial seperti kanal Youtube Suluk Maleman Official Channel..
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua