Nasional

Sosok Gus Yahya di Mata Ibundanya, Nyai Hj Muchsinah

Rabu, 12 Januari 2022 | 15:30 WIB

Sosok Gus Yahya di Mata Ibundanya, Nyai Hj Muchsinah

Ibunda KH Yahya Cholil Staquf, Nyai Hj Muchsinah (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
KH Yahya Cholil Staquf terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 2022-2027. Gus Yahya terpilih dalam Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama yang diselenggarakan di Provinsi Lampung pada 22-23 Desember 2021 lalu.


Perjalanan hidup dan kesuksesan kehidupan Gus Yahya tak lepas dari perjuangan dan doa kedua orang tuanya khususnya ibundanya, yakni Nyai Hj Muchsinah Cholil. Nyai Muchsinah memang selalu memberikan pesan kepada Gus Yahya, yang merupakan putra tertuanya, agar bisa menjadi contoh dan suri tauladan baik bagi semua, khususnya adik-adiknya.


Nyai Muchsinah menyebut bahwa Gus Yahya merupakan sosok yang teguh dalam memegang prinsipnya. Ia mengungkapkan contoh saat Gus Yahya kecil sudah ingin pergi mondok ke Pesantren Krapyak. Sebenarnya Nyai Muchsinah ingin agar Gus Yahya menempuh sekolah SMP terlebih dahulu di daerahnya. Namun karena kuatnya keinginan Gus Yahya untuk mondok maka ia pun mengizinkannya.


Kuatnya keinginan mondok ini juga terlihat saat Gus Yahya yang saat hendak berangkat ke pondok dalam kondisi sakit. Ia mengalami kecelakaan motor bersama saudaranya dan mengakibatkan kakinya terkena terluka oleh knalpot motor. Karena sudah waktunya berangkat ke pondok, Gus Yahya tidak mempedulikan sakit di kakinya itu.


Gus Yahya menurut Istri KH Cholil Bisri ini juga sosok yang senang tirakat. "Biasanya kalau anak pulang dari pondok saya kan masak yang enak-enak untuk menyambutnya. Tapi dia malah nggak mau makan di rumah. Dia malah ingin sambel terong saja," kata Nyai Muchsinah dalam sebuah video di akun Facebook Yahya Cholil Staquf, Rabu (12/1/2022).


Saat mondok, Gus Yahya menurut Nyai Muchsinah juga sempat telat kiriman uang dari rumah selama 15 hari lebih. Akibatnya Gus Yahya hanya makan 'intip' (kerak nasi) selama itu.


Menurut Nyai Muchsinah, ada dua sosok yang diidolakan dan menjadi rujukan Gus Yahya dalam berkiprah di organisasi. Mereka adalah KH Cholil Bisri (ayah Gus Yahya) dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dari dua sosok inilah Gus Yahya terinspirasi untuk selalu berjuang memberi manfaat dan maslahat bagi orang lain.


Nyai Muchsinah pun selalu berdoa agar semua anaknya senantiasa menjadi sosok yang bermanfaat dan mampu membawa kemaslahatan bagi umat. Tidak selalu menggunakan bahasa Arab, Nyai Muchsinah sering mendoakan anaknya menggunakan bahasa Jawa.


"Ya Allah mugi panjenengan toto, panjenengan pernahaken anak-anak kulo sedoyo, dados tiyang ingkang manfaat, ingkang maslahah, ingkang barakah. (Ya Allah semoga Engkau tata dan tempatkan putra-putri kami semua menjadi orang yang bermanfaat, maslahat, dan berkah)," kata sosok wanita lembut yang juga Ibunda dari Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas ini.


Dengan doa ini ia yakin bahwa menjadi apapun dan di posisi apapun putra-putrinya saat ini, itu semua merupakan kehendak dan pilihan Allah swt. Termasuk saat Gus Yahya terpilih menjadi Ketum PBNU.


"Sebenarnya saya ingin Mas Yahya tidak jauh-jauh dari saya dan pondok. Tapi kemudian saya pikir-pikir karena Gus Yahya niatannya untuk NU ke depan, jadi saya lepas dia dengan rela dengan ridho bahkan saya doakan mudah-mudahan apa yang menjadi hajatnya dan maksudnya diridhai Allah swt. Karena niatnya baik," ungkapnya.


Ia mendoakan agar Gus Yahya betul-betul amanah dalam menerima dan memikul jabatan sebagai Ketum PBNU. "Semoga Allah memberikan jalan dan petunjuk yang baik untuk kemajuan NU seperti yang dicita-citakan. Semoga Mas Yahya betul-betul manfaat dan barakah untuk semua. Untuk NU, umat, dan bangsa," harapnya.


Inilah pandangan penuh kasih sayang pada Gus Yahya dari sosok Nyai Muchsinah yang senantiasa memegang tiga hal dalam hidupnya. Tiga hal yang dipegang kuat oleh Ibunda Gus Yahya ini adalah sabar, syukur, dan ridho.


"Sabar dalam keadaan apapun, syukur dalam keadaan apapun, ridho menerima Qadlanya Allah," pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan