Tak Sempat Mandi Junub karena Tertidur hingga Pagi, Apakah Puasa Tetap Sah?
NU Online Ā· Jumat, 24 Maret 2023 | 14:30 WIB
Aru Lego Triono
Penulis
Jakarta, NU Online
Puasa Ramadhan adalah ibadah untuk menahan diri dari hawa nafsu makan, minum, termasuk melakukan masturbasi hingga keluarnya sperma dan berhubungan badan suami istri sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Lalu bagaimana apabila hubungan suami istri itu dilakukan di malam hari kemudian tertidur hingga pagi, bahkan tidak sempat sahur dan mandi junub? Apakah puasa tetap sah dan boleh dilanjutkan?
Di dalam Kitab Ibanatul Ahkam, Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki menerangkan bahwa orang yang sedang berhadats besar boleh menunda mandi junub hingga waktu setelah terbit fajar. Namun, hal yang lebih utama adalah menyegerakan mandi sebelum tiba waktu subuh. Demikian penjelasan artikel NU OnlineĀ yang berjudulĀ Kondisi Junub hingga Pagi karena Tertidur, Apakah Puasa Bisa Dilanjutkan?
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Aisyah ra dan Ummu Salamah ra menceritakan pengalaman Rasulullah saw yang masih dalam kondisi junub di pagi hari pada bulan Ramadhan.
Diceritakan, Nabi Muhammad pernah pada pagi hari dalam kondisi junub karena jimak atau melakukan hubungan badan dengan istri, lalu Nabi mandi dan kemudian berpuasa. Imam Muslim dalam riwayat dari Ummu Salamah menyebutkan bahwa Rasulullah tidak mengqadha.
Redaksi 'Rasulullah tidak mengqadha' itu dijelaskan oleh Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki. Redaksi tersebut menyiratkan bahwa puasa yang dijalani Rasulullah sah dan tidak kurang suatu apa pun.
"Rasulullah SAW tidak mengqadha maksudnya adalah tidak mengqadha puasa hari tersebut di bulan lainnya karena puasanya hari itu tetap sah tanpa cacat sedikit pun di dalamnya," demikian keterangan Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki di dalam kitab Ibanatul Ahkam.
Larangan bagi Orang Junub
Dalam artikel NU OnlineĀ disebutkan, Syekh Al-Qadli dalam Kitab Matan Taqrib menjelaskan berbagai aktivitas yang dilarang bagi orang yang sedang junub atau berhadats besar. Terdapat lima hal yang diharamkan ketika seseorang dalam keadaan junub yaitu shalat, membaca Al-Qur'an, memegang dan membawa mushaf, thawaf, serta berdiam diri di masjid.
Namun apabila saat hendak santap sahur tidak sempat mandi junub karena waktu yang mepet, maka sebaiknya terlebih dulu membasuh kemaluan dan berwudhu.
Sebab menurut Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, melakukan aktivitas makan dan minum bagi orang junub adalah makruh sebelum ia berwudhu dan membasuh kemaluannya.
āDimakruhkan bagi junub, makan, minum, tidur dan bersetubuh sebelum membasuh kemaluan dan berwudhu. Karena ada hadits shahih yang memerintahkan hal demikian dalam permasalahan bersetubuh, dan karena mengikuti sunah Nabi dalam persoalan lainnya, kecuali masalah minum, maka dianalogikan dengan makan," begitu keterangan Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Minhajul Qawim.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPUĀ
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua