Nasional

Tentang Kumpulan Cerpen Pertama dan Terakhir Jokpin

Senin, 29 April 2024 | 19:00 WIB

Tentang Kumpulan Cerpen Pertama dan Terakhir Jokpin

Jilid kumpulan cerpen Joko Pinurbo (Foto: Malik Ibnu Zaman/NU Online)

Jakarta, NU Online 
Berita duka menyelimuti dunia Sastra Indonesia karena kehilangan penyair Joko Pinurbo yang meninggal dunia pada usia 61 tahun di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, pada Sabtu pagi (27/4/2024).


Walaupun dikenal sebagai seorang penyair, pria yang lahir pada 11 Mei 1962 di Sukabumi, Jawa Barat ini pernah menerbitkan sebuah buku kumpulan cerpen berjudul Tak Ada Asu di Antara Kita. Buku kumpulan cerpen ini dirilis pertama kali pada bulan Januari 2023 dan menjadi kumpulan cerpen pertama dan terakhir yang dihasilkan oleh Jokpin, sapaan akrabnya, dengan total 15 cerita yang dilengkapi gambar penuh warna.


Sebagaimana karya-karyanya yang lain, buku kumpulan cerpen ini juga menggabungkan unsur humor dan ironi. Sebagai contoh, ia menampilkan karakter dalam ceritanya tidak terlibat dalam kehidupan yang glamor, lebih condong getir tetapi jenaka. Sebuah karakter yang memang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.


Selain ada tokoh asu (anjing) dalam buku kumpulan cerpen ini, juga ada ibu, anak, kakek, Pak RT, penjaga warung, kursi, batu, copet, koruptor. Adapun 15 judul cerpen dalam buku kumpulan cerpen ini ialah Siraman Rohani, Pak RT, Perjamuan Petang bersama Keluarga Khong Guan, Anak Batu Anak Hujan, Ayat Kopi, Kursi Ongkang, Guru Bahagia, ini ibu budi, Belajar Menggambar, Duel, Korban Hoaks, Tuan Rumah, Kursi Sukir, Kesunyian dan Kehangatan, dan Cakrawala.


Ini Ibu Budi
Dalam cerpen berjudul Ini Ibu Budi, Jokpin mengajak pembaca untuk bermain kata yaitu sebuah kata yang sering kita ucapkan waktu duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar. Cerpen sangat singkat ini menceritakan tentang Ibu Budi yang mencari Budi.


Berikut cerpen berjudul Ini Ibu Budi


ini ibu budi. ibu budi menunggu budi di atas bangku di trotoar kota yang riuh sekali.


ibu budi lelah mencari budi kian kemari. di mana-mana ibu budi bertemu budi, tapi tidak bertemu budi yang ibu budi cari.


seorang budi menghampiri ibu budi.
"ini ibu budi?"
"ya, ini ibu budi."
"ini budi, bu. bu, ini budi."
"bukan, ini bukan budi."
"budi yang mana yang ibu budi cari?"
"budi yang bangun tidur terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi menolong ibu budi membersihkan tempat tidur budi."


budi lain menghampiri ibu budi.
"ini ibu budi?"
"ya, ini ibu budi."
"ini budi, bu. bu, ini budi."
"bukan, ini bukan budi."
"budi yang mana yang ibu budi cari?"
"budi yang pernah sekolah di buku pelajaran sekolah dasar yang ada burung kutilang bernyanyi bersiul-siul sepanjang hari tralala trilili."

ini ibu budi. ibu budi menunggu budi di atas bangku di trotoar kota yang riuh sekali.


ibu budi lelah mencari budi kian kemari. di mana-mana ibu budi melihat deretan budi, tapi tidak melihat budi yang ibu budi cari.

 
(2022)


Perjamuan Petang bersama Keluarga Khong Guan
Kemudian pada cerpen berjudul Perjamuan Petang bersama Keluarga Khong Guan menceritakan tokoh saya yang mendapatkan undangan dari pria berkaus oblong biru, bercelana pendek komprang krem bersaku enam untuk menghadiri perjamuan secara virtual melalui aplikasi meeting.


Salah satu pesan moral dalam cerpen ini adalah suatu hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Seperti Nyai Khong Guan yang dalam pertemuan virtual itu mengeluhkan sejak adanya ponsel keintiman anggota keluarganya mulai berkurang, masing-masing sibuk dengan ponselnya. Sementara anaknya yang bernama Leo mengeluhkan ibunya yang masih gaptek menjalankan aplikasi di ponsel, dan anaknya bernama Pisces merasa sebal dengan ibunya karena tiba-tiba dibangunkan untuk dimintai tolong mem-posting foto di Instagram.