Nasional

Tips Kuliah di Luar Negeri Menurut Prof Amany Lubis

Kamis, 7 Mei 2020 | 17:15 WIB

Tips Kuliah di Luar Negeri Menurut Prof Amany Lubis

Prof Amany Lubis kisahkan pengalaman kuliah di luar negeri dalam Ngabuburit Bareng Kopri PC PMIII Ciputat. (Foto: Dok. Kopri Ciputat)

Tangerang Selatan, NU Online 
Melanjutkan kuliah, baik di dalam negeri maupun mancanegara sama-sama mempunyai tantangan tersendiri dan rintangan yang berbeda.

Hal tersebut dituturkan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Amany Burhanuddin Umar Lubis saat didaulat menjadi narasumber pada "Ngabuburit Bareng Kopri" Ciputat, kemarin. 

Dalam diskusi yang diinisiasi Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) PC PMII Ciputat bertema 'Kuliah dalam Negeri vs Kuliah luar Negeri' pada Selasa (5/5) sore tersebut, Prof Amany menceritakan pengalaman selama di luar negeri.

“Saya sudah berkelana ke luar negeri hampir 32 kali sampai sekarang. Terakhir itu saya menemani Bu Menlu Retno Marsudi ke Afghanistan, dan sebelumnya ke Afrika Barat," ujarnya mengawali diskusi.

Dalam bincang santai sore itu, Prof Amany memberikan sejumlah tips dalam mencari ilmu. Pertama, harus percaya apapun di jalan kehidupan, kita mempunyai takdir yang sudah digariskan oleh Allah SWT.

“Tetapi, harus dengan usaha. Misalnya, yang sedang sekolah atau kuliah maka harus bersungguh-sungguh dalam membaca atau belajar,” tegasnya. 

Kedua, lanjut dia, tidak boleh malas dan tidak boleh mengantuk saat sedang belajar. "Kunci konsentrasi saat belajar adalah duduk dengan tegap," tandas Rektor Amany. 

Amany menuturkan kisahnya ketika belajar di Mesir. Ia merasa sangat terpukul lantaran di negeri itu tidak bisa berbahasa Arab. Hal itu disebabkan latar belakang dirinya bukan pesantren dan kurang serius dalam mempelajari bahasa Arab.

“Tetapi dengan kerja keras dan tidak mau gagal serta harus membunuh sifat malas dan ngantuk, maka saya harus belajar dengan sungguh-sungguh," ungkapnya.  

Rektor perempuan pertama UIN Jakarta ini juga meyinggung sedikit tentang pendidikan di Indonesia. Menurut dia, pendidikan di republik ini cukup bagus. Bahkan, keseriusan pemerintah dalam menjaga kualitas di negeri ini sudah sangat baik. 

Menurut dia, perhatian pemerintah dalam dunia pendidikan seperti akreditasi dan kualitas buku di Indonesia lebih serius sehingga kita ada harapan bahwa pendidikan di Indonesia sudah berjalan pada rel yang benar.

“Jadi, pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah baik. Tinggal kita benahi dan tentu dengan usaha yang keras, serius, dan ikhlas. Tanpa itu, kita tidak bisa,” tandas putri Guru Besar UIN Jakarta Prof Nabilah Lubis ini. 
 
Kuasai bahasa asing
Prof Amany menambahkan, jika ingin kuliah di luar negeri tentu ada syaratnya, yaitu harus menguasai bahasa asing. “Sekarang ini sudah banyak beasiswa-beasiswa untuk belajar di luar negeri,” imbuhnya. 

Selaku moderator diskusi, Bendahara Kopri PC PMII Ciputat Putri Sulistianingrum kemudian mengajukan pertanyaan. “Menurut Bu Amany, lebih baik mana kuliah di dalam negeri atau di luar negeri. Juga plus-minusnya apa,” tanya Putri. 

Prof Amany menjawab, di mana-mana ada plus-minusnya. Tentu saja upaya yang kita lakukan juga berbeda. “Jika dinilai, kedua-duanya mungkin baik dan juga mungkin tidak baik. Jadi kita perlu ada rasa qana’ah, kita menerima apa yang dimiliki. Itu lebih baik. Intinya, tergantung penerimaan kita," jelasnya. 

Ia lalu berpesan, generasi muda harus meningkatkan sikap menerima. Menerima bukan berarti lemah, pasrah, dan tidak berdaya. “Menerima bukan seperti itu. Tetapi, memahami situasi sementara dan tingkatkan dengan upaya dan usaha,” papar Amany.

Pantauan NU Online, 'Ngabuburit Bareng Kopri' Selasa sore kemarin diikuti sejumlah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, anggota DEMA dan SEMA UIN Jakarta, beberapa alumni UIN yang sedang kuliah di Turki, dosen dari STAIN Mandailing Natal, dan mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kontributor: Ummy Mayadah
Editor: Musthofa Asrori