Nasional

UIN Surakarta, PTKIN di Kota Toleran dan Upayanya Implementasikan Falsafah Perjuangan Raden Mas Said

Senin, 7 Agustus 2023 | 06:00 WIB

UIN Surakarta, PTKIN di Kota Toleran dan Upayanya Implementasikan Falsafah Perjuangan Raden Mas Said

Gerbang Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta di Jl Pandawa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah) (Foto: uinsaid.ac.id)

Surakarta, NU Online
Kota Surakarta atau yang biasa dikenal dengan Kota Solo memiliki  banyak keistimewaan. Selain memang karena pernah menjadi Daerah Istimewa, kota ini juga memiliki hal menarik lain yang semakin menambah keistimewaannya.


Sebut saja kulinernya, dari yang berkuah seperti soto, tengkleng, dan selat hingga yang manis-manis seperti kue serabi. Kemudian, destinasi wisata yang beragam mulai dari yang bertema sejarah seperti museum, kampung batik di Kauman dan Laweyan, hingga melihat aneka fauna Taman Safari.


Kota Surakarta  juga memiliki keragaman penduduk, baik dari latar belakang suku, etnis, maupun agama. Meski demikian, dengan keragaman yang ada, warga Kota Bengawan dikenal memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Hal tersebut terbukti ketika Kota Surakarta masuk dalam 5 besar sebagai kota/kabupaten paling toleran di Indonesia berdasarkan penilaian indeks kota toleran (IKT) yang dilakukan Setara Institute, belum lama ini.

 

Suasana toleran yang terbangun di Kota Solo tersebut, tentu tak lepas dari teladan para tokoh-tokoh di Kota Solo yang memiliki karakter toleran dan moderat, salah satunya yakni Raden Mas Said. Di Kota Surakarta juga terdapat sebuah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.


Raden Mas Said adalah seorang pendiri Kadipaten Mangkunegaran, yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegaran I. Tokoh yang berjuluk Pangeran Sambernyawa tersebut juga dikenal sebagai pejuang yang gigih melawan para penjajah. Hal inilah yang kemudian membuatnya diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional.

 

Nama besar dan semangat perjuangan Raden Mas Said itulah yang kemudian menjadi inspirasi dalam pemberian nama kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said (RMS) Surakarta. Hal tersebut ditegaskan Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof Dr H Mudhofir.

 

"Kepahlawanan dan legacy Raden Mas Said dapat dijadikan sebagai penciri arah pengembangan universitas. Para pemimpin UIN Surakarta harus menetapkan idealita yang terarah, mau dibawa ke mana UIN Raden Mas Said ini agar dapat berkontribusi optimal kepada bangsa," terang Mudhofir.


Ditambahkan Mudhofir, dari inspirasi perjuangan Raden Mas Said itu pula diharapkan dapat menjadikan transformasi kampus yang sebelumnya bernama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta tersebut, sebagai momentum untuk semakin menguatkan dedikasi kepada negara dan bangsa dengan integritas dan profesionalitas

 

"Apalagi setelah transformasi menjadi UIN ini, mempersyaratkan integrasi sistem manajemen dengan menguatkan misi implementasi kelimuan keislaman berbasis moderasi Islam," kata dia.


Dekan Fakultas Adab dan Bahasa (FAB) UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof Dr H Toto Suharto menjelaskan lebih lanjut terkait nilai-nilai perjuangan yang diambil dari sosok Raden Mas Said.


"​​​​​“Raden Mas Said dikenal dengan Tri Dharma perjuangannya: Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, dan Wajib Melu Hangkrukebi," ujarnya.

 

Dijelaskan makna dari Tri Dharma tersebut, Mulat Sarira Hangrasa Wani artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi hambatan yang menghalangi perbaikan diri. Kemudian, Rumangsa Melu Handarbeni memiliki makna ikut merasa memiliki, dan terakhir Wajib Melu Hangkrukebi yang berarti semua pihak wajib ikut berjuang dalam menjaga dan mempertahankan wilayah apabila diserang musuh.


Berdiri Sejak 1997
Sebelum naik status dan berganti nama menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2021 tanggal 11 Mei 2021, UIN Surakarta dikenal dengan nama IAIN Surakarta. 
Dalam sejarahnya, sebelum resmi didirikan pada 30 Juni 1997 atau bertepatan dengan 25 Safar 1418 H. Tanggal ini yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi UIN Raden Mas Said. Kampus ini awalnya menjadi proyeksi dari kampus IAIN Walisongo di Surakarta, yang dimulai sejak tahun 1992, dengan membuka dua fakultas yakni Fakultas Syariah dan Ushuludin.


Setelah lima tahun berjalan, IAIN Walisongo di Surakarta ini diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Kemudian, seiring perkembangan waktu, pada 28 Juli 2011, STAIN Surakarta berganti menjadi IAIN Surakarta dengan tiga fakultas, yakni: Fakultas Ushuludin dan Dakwah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, serta Fakultas Tarbiyah dan Bahasa.


Pada tahun 2021, IAIN Surakarta berganti status dan nama menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta, seperti yang diterangkan di atas. Menurut Prof Toto Suharto, penyematan nama Raden Mas Said menjadi nama universitas, tidak lepas dari sejumlah alasan ini.

 

"Pertama, Raden Mas Said merupakan tokoh yang dikenal sebagai pejuang yang telah banyak berjasa bagi bangsa ini, sehingga ia kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional," ujarnya.

 

Kemudian alasan yang kedua, dalam Serat Babad Panambangan dikisahkan tentang masa kecil Raden Mas Said di Keraton Kartasura, sama dengan lokasi kampus UIN Surakarta saat ini. Ketiga, sejarawan Peter Carey menyebutkan bahwa Mangkunegara memiliki pasukan istri yang ikut berjuang dan dipimpin oleh istri Raden Mas Said, yang menjadi bukti secara historis Raden Mas Said memiliki kepedulian terhadap martabat perempuan.


"Lalu, yang keempat, di Mangkunegaran ada Masjid Al-Wustho yang menjadi simbol cikal bakal masyarakat Islam sudah dibangun dibangun di kadipaten ini melalui peradaban masjid. Terakhir, menurut catatan Ricklefs, Raden Mas Said memiliki watak keberislaman yang moderat," imbuh dia.

 

Setidaknya dari lima alasan itulah, yang kemudian menjadi penegas pemilihan nama Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa untuk UIN Surakarta.

 

Smart Campus
Setelah bertransformasi menjadi UIN, tentu tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Ditambah dengan era digital, tata kelola universitas perlu didukung dengan implementasi Smart Campus. Smart campus ini diharapkan dapat menjawab tuntutan zaman milenial, dengan penerapan manajemen yang efektif dan efisien, melalui penerapan big data sebagai sumber data untuk keperluan akademik maupun pengembangan bisnis sebagai sumber dana Badan Layanan Umum.

 

Dengan penerapan Smart Campus tersebut, diharapkan juga dapat mendukung tumbuh kembang kampus yang kini memiliki 5 fakultas tingkat Sarjana dan jenjang Pascasarjana. Kelima fakultas tersebut yakni Fakultas Ushuludin dan Dakwah (FUD), Fakultas Syariah (FS), Fakultas Ilmu Tarbiyah (FIT),  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Fakultas Adab dan Bahasa (FAB).


Sedangkan jenjang Pascasarjana, yakni program studi Doktor (S3), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Magister (S2) Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Magister Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Magister Pendidikan Agama Islam (PAI), Magister Hukum Ekonomi Syariah (HES), Magister Manajemen Bisnis Syariah (MBS), dan Magister Tadris Bahasa Inggris (TBI).

 

Untuk menunjang perkembangan dan kemajuan kampus, juga dibentuk beberapa Lembaga dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Di antaranya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), dan Satuan Pengawas Internal. Sedangkan UPT meliputi UPT Perpustakaan, UPT Bahasa, UPT Teknologi Informasi dan Pangkalan Data, UPT Ma’had Al-Jami’ah, dan UPT Pengembangan Karir.

 

UIN Raden Mas Said Surakarta beralamat di Jl Pandawa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Ingin tahu lebih banyak tentang UIN Raden Mas Said melalui nomor telepon 0271-781516, Email: Humas@uinsaid.ac.id, serta situs web www.uinsaid.ac.id.