Ungkapan dan Harapan Santri Lampung untuk Muktamar Ke-34 NU
Rabu, 29 Januari 2020 | 03:15 WIB
Hal itu dilakukan demi mendapatkan keberkahan melalui kegiatan lima tahunan itu. Sebab dalam momen tersebut seluruh Ulama, Kiai, Masyayikh para Guru Pondok Pesantren rawuh di acara itu.
Tidak bisa dipungkiri Nahdlatul Ulama adalah sebuah organisasi yang memang lahir dari pesantren sebagai wadah aspirasi para ulama dan santri untuk menjaga kemurnian nilai-nilai agama Islam sepanjang zaman.
Sering orang menyebut NU adalah pesantren besar, sementara pesantren ialah NU kecil. Dikatakan demikian karena kebangkitan NU tidak bisa lepas dari peran para kiai berlatar belakang pesantren.
Jika kita melihat sejarah, dahulu Rais Akbar NU, KH M. Hasyim Asy'ari mencetuskan fatwa resolusi jihad. Itulah yang menjadi pemicu perjuangan kiai dan santri untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah yang mencoba masuk kembali ke Indonesia.
Dengan demikian NU tidak bisa dilepaskan dari pondok pesantren. Karena secara historis pesantrenlah yang paling besar kontribusinya di dalam membesarkan NU.
Maka sangat wajar hampir seluruh kegiatan NU bertempat dan berpusat di pondok pesantren. Mulai dari rapat harian, konfrensi tingkat wakil cabang/MWCNU, musyawarah kerja, pemilihan ketua tanfidziyah dan rais syuriyah mulai dari tingkat ranting sampai pemilihan ketua umum dan Rais Aam PBNU dalam Muktamar NU.
Pesantren manapun akan sangat bangga dan senang sekali ketika pesantren tersebut dijadikan tempat untuk hajat NU baik untuk konferensi, rapat-rapat apalagi sebagai tuan rumah Muktamar yang notebenenya Muktamar adalah hajat terbesar NU.
Mereka berpandangan sangat sederhana sekali, bukan keuntungan materi atau pun keuntungan finansial lain yang ia harapkan. Tetapi keberkahan dan kesempatan keterlibatan para santri untuk berkhidmah kepada Masyayikh. Memang pesantren mengajarkan bagaimana para santri memiliki sifat wajib untuk melayani para Masyayikh.
Di samping itu, pesantren dengan kesederhanaannya adalah tempat keluh kesah, tempat mengadu, tempat untuk mencari ketenteraman diri dan rumah kedua bagi banyak masyarakat terutama Nahdliyin-Nahdliyat.
Pesantren mengajak seluruh santrinya untuk memperjuangkan NU tanpa pamrih, sering para kiai berpesan, “hidupkanlah NU, tapi jangan hidup dari NU”.
Sebentar lagi Muktamar ke-34 NU akan segera dilaksanakan, berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 420/AII/04 D/10/2019 mengenai tempat penyeleggaraan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama.
Provinsi Lampung ditunjuk untuk menerima amanah sebagai tuan rumah Muktamar ke-34 tersebut. Tentu keputusan itu disambut dengan riang gembira oleh Nahdliyin se-Provinsi Lampung, lebih-lebih pondok pesantren yang ada di pulau Sumatera tersebut.
Provinsi Lampung ditunjuk sebagai tuan rumah Muktamar ke-34 NU karena provinsi Lampung dianggap telah memenuhi lima kriteria yang telah ditetapkan PBNU.
Pertama, aspek historikal. Kedua, adalah performa organisasi. Ketiga, perkembangan sosial kultural dan aspek-aspek politik lokal. Keempat, adalah kemampuan sharing (berbagi) tanggung jawab. Kelima, adalah infrastruktur.
Tidak sedikit pondok pesantren di Lampung dengan gegap-gempita merasa percaya diri ditunjuk sebagai tuan rumah even tersebut. Banyak sekali pondok pesantren yang siap untuk menerima amanah tersebut.
Karena di Lampung tidak hanya puluhan tapi ratusan pondok pesantren yang terbiasa mengadakan even besar. Sebab di Lampung saban tahun hampir di setiap pondok pesantren mengadakan pengajian akbar dalam rangka haul Syekh Abdul Qodir Al-Jilani maupun acara-acara lain yang pengunjungnya bisa mencapai ratusan ribu jamaah.
Maka dengan harapan besar, seluruh kegiatan Muktamar ke-34 di Lampung bisa digelar di pondok pesantren. Karena seluruh santri, Nahdliyin-Nahdliyat, ibu-ibu Muslimat, sahabat-sahabat Fatayat tanpa sungkan dan rasa canggung akan all out berbondong-bondong ikut memeriahkan dan menyukseskan acara akbar tersebut.
Bukan kemewahan yang mereka cari tapi kebersamaan yang penuh kekeluargaanlah yang dicari. Pesantren adalah rumah kedua bagi mereka. Akan sangat kecewa apabila Pesantren yang notabenenya pusat kegiatan NU tidak lagi diberi amanah untuk berkhidmah kepada para Masyayikh dan lebih memilih tempat yang jauh dari kegiatan NU. Wallahu a’lam.
Salam Takzim,
Para putra pengasuh pesantren (Gowais) di Lampung dalam kegiatan Halaqah Pesantren yang diselenggarakan Pusat Studi Pesantren (PSP) di Bandar Lampung, 24-27 Januari 2020.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua