Nasional

Waketum PBNU: Gampang Salahkan Orang, Ciri Ilmu Tak Mendalam

Ahad, 3 April 2022 | 17:00 WIB

Waketum PBNU: Gampang Salahkan Orang, Ciri Ilmu Tak Mendalam

Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustofa. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bidang keagamaan, KH Zulfa Mustofa, menyebut bahwa di antara ciri seseorang yang ilmunya masih dangkal adalah gampang serta suka menyalahkan pendapat orang yang berbeda. Sebaliknya, orang yang memiliki kedalaman dan keluasan ilmu akan memiliki sikap moderat dalam beragama.


Penulis kitab Tuhfat al-Qashi wa al-Dani ini pun memberi contoh bagaimana para imam besar seperti Imam Syafi’i, Imam Hanbali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi saling menghormati ketika memiliki pandangan yang berbeda.


Mereka tidak saling menyalahkan pendapat. Malah sekali waktu mengikuti pendapat yang lain sebagai wujud penghormatan. “Kalau orang ilmunya mendalam seperti ini,” kata Kiai Zulfa.


“Tapi, kalau orang yang ilmunya baru di permukaan, cirinya gampang. Senang nyalahin orang, senang menyesatkan orang, senang menerakakan orang,” ungkapnya saat memberi mauidzah hasanah pada shalat Tarawih berjamaah perdana di Masjid KH Hasyim Asy’ari Jakarta dalam siaran langsung melalui YouTube TVNU, Sabtu (2/4/2022) malam.


Kiai Zulfa menegaskan bahwa perbedaan bukanlah hal yang harus diributkan. Perbedaan harus disikapi dengan bijak dan menjadi wujud keluasan ilmu.


Termasuk perbedaan tentang penetapan awal puasa tahun ini di mana Nahdlatul Ulama memutuskan bahwa 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada 3 April 2022. Sementara Muhammadiyah sebelumnya telah memutuskan bahwa 1 Ramadhan jatuh pada 2 April 2022.


“Orang puasa, patokannya sederhana. Assyahru ha kadza wa ha kadza. Itu saja kata Nabi dalam hadits Shahih. Yang namanya bulan qamariyah batasan paling rendahnya 29 batasan paling tinggi 30. Orang kalau dia puasanya masih kalau nggak 29-30, bener semua. Yang nggak bener, yang nggak puasa,” tegasnya.


Bagi warga NU, kata Kiai Zulfa, perbedaan seperti ini tidak menjadikan perpecahan karena para muassis Nahdlatul Ulama telah meletakkan fondasi moderat dalam beragama dan menghargai perbedaan.


Kiai Zulfa menyebut bahwa sikap moderat dalam beragama yang dimiliki NU ini terlihat dari sikap toleran terhadap perbedaan. Selama perbedaan ini berada pada wilayah-wilayah yang harus dihormati maka harus dihormati.


Mengutip sebuah syair karangannya, Kiai Zulfa menegaskan bahwa perbedaan-perbedaan yang sering terjadi dalam kehidupan itu sering hanya dalam ucapan (lafadz), bukan substansi.


“Kalau kita melihat perbedaan, tidak perlu kita keras. Menyerang orang yang berbeda dengan kita. Kalau ada orang yang menyerang kita karena berbeda, kita hormati saja. Tinggal kita jelaskan mana dalil-dalil amaliah Nu yang kita lakukan,” jelasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori