Nasional

Warganet Ramai Serukan #BoikotTrans7 di Media Sosial

NU Online  ·  Selasa, 14 Oktober 2025 | 15:00 WIB

Warganet Ramai Serukan #BoikotTrans7 di Media Sosial

Salah satu ajakan boikot Trans7 di X. (Foto: X)

Jakarta, NU Online

Ratusan ribu warganet ramai menyerukan tagar #BoikotTrans7 di berbagai platform media sosial seperti X, Instagram, dan Facebook. Gelombang protes ini muncul sebagai respons terhadap tayangan program Xpose Uncensored yang ditayangkan Trans7 pada 13 Oktober 2025, yang menyoroti pondok pesantren dan sosok kiai secara tidak proporsional. 


Tayangan tersebut menampilkan KH Anwar Manshur, Pendiri Pesantren Hidayatul Mubtadiat Kompleks Lirboyo, dengan narasi yang dinilai bernada negatif dan menggambarkannya secara berlebihan. Beberapa bentuk penghormatan santri kepada guru yang merupakan tradisi lazim di lingkungan pesantren juga dinilai warganet kurang bijak.


Berdasarkan pantauan NU Online di platform X, tagar #BOIKOTTRANS7 telah diposting lebih dari 11,3 ribu kali. Salah satu pengguna dengan akun @Muhtady menyebut bahwa seruan boikot ini merupakan ekspresi kecintaan terhadap pesantren.


"Yang cinta pondok pesantren, silahkan share," postinganya pada Senin (13/10/2025) pukul 22.40 WIB, dikutip NU Online pada Selasa (14/10/2025).


Dalam unggahan yang sama, ia menyertakan ilustrasi hitam putih bertuliskan #BOIKOTTRANS7, seraya mengajak warganet agar melihat pesantren secara lebih luas dan tidak terbatas pada sudut pandang yang sempit.


"Dewasa ini, dunia luar memandang pesantren dengan kacamata sempit. Mereka melihat kedisiplinan sebagai penindasan, penghormatan sebagai feodalisme, dan pengabdian sebagai perbudakan. Padahal, bagi kami, santri, semua itu bukan bentuk tunduk tanpa makna, melainkan latihan jiwa untuk menata hati dan akhlak. Dan jika feodalisme berarti mengkultuskan manusia, maka pesantren justru menentangnya. Kami tidak memuja kiai sebagai penguasa, tapi menghormatinya sebagai perantara ilmu dan pembentuk karakter," tulis gambar tersebut yang juga disebarkan di Instagram dan Facebook.


Ajakan boikot juga dilontarkan oleh pemilik akun @___ikhsnbyhq (Ikhsan Baykhaqi). Ia memposting gambar berupa logo Trans 7 dengan tulisan boikot merah serta tagar #SANTRIINDONESIABERGERAK.


"Tim redaksi wajib minta maaf. Mencederai marwah pesantren se-Indonesia. Framing jahat," tulisan lain gambar tersebut yang diposting pada Senin (13/10/2025) pukul 23.58, dikutip NU Online pada Selasa (13/10/2025).


Di Instagram, foto dengan tagar #BoikotTrans7 yang sama diposting oleh akun X milik @Muhtady juga ramai dibagikan warganet, terutama melalui fitur cerita. Hingga pukul 15.00 WIB, unggahan dengan tagar tersebut telah menarik perhatian lebih dari 259 ribu pengguna.


Selain itu, warganet di Instagram juga membagikan narasi melalui fitur cerita yang menampilkan sosok KH Anwar Manshur sebagai tokoh yang tak kenal lelah dalam mendidik santri dan membimbing umat. Ia bukan hanya seorang ulama, tetapi juga simbol keteladanan dan rujukan bagi masyarakat luas. Hingga pukul 15.03 WIB, tercatat lebih dari 80,7 ribu pengguna telah membagikan konten tersebut melalui fitur berbagi cerita.


"Dari sentuhan tangan beliau, lahir puluhan bahkan ratusan ribu santri yang kini berkhidmat di berbagai pelosok negeri, menebarkan cahaya ilmu dan akhlak. Namun sangat disayangkan, sosok mulia seperti beliau justru dijadikan bahan framing keji oleh Trans7, dengan menampilkan potongan video tanpa konteks yang utuh dan berimbang, bahkan mengandung unsur fitnah yang mencederai kebenaran," postingan berbagi cerita dari akun instagram milik @khafna.


"Pemberitaan sepihak yang hanya menampilkan potongan video dan voice over tambahan tanpa konteks penuh bukanlah jurnalisme objektif, melainkan penyebaran persepsi dan fitnah yang menyesatkan publik," lanjut narasi postingan tersebut.


Seruan tagar #BOIKOTTRANS7 juga ramai diunggah di Facebook. Menggunakan narasi yang serupa dengan yang tersebar di platform X dan Instagram, para pengguna menyampaikan berbagai kritik dan kekecewaan terhadap tayangan yang dianggap merendahkan KH Anwar Manshur serta dunia pesantren.


"Namun, apa yang dilakukan Trans7 bukan sekadar "salah tayang." Ini penghinaan. Narasinya ngawur, dibacakan dengan gaya yang merendahkan, disertai visual dan caption yang secara sistematis membangun framing jahat terhadap para kiai. Saya tidak bisa tinggal diam. Saya tumbuh dalam tradisi kritik dan kebebasan berpendapat ala akademik Barat, tetapi yang dilakukan Trans7 bukan kebebasan pers ini serangan terencana terhadap kehormatan pesantren," tulis postingan akun @NadirsyahHosen milik Rais Syuriyah PCINU Australia dan New Zealand, Nadirsyah Hosen, dikutip NU Online Selasa (14/10/2025).

Gabung di WhatsApp Channel NU Online untuk info dan inspirasi terbaru!
Gabung Sekarang