Innalillahi, Umar Mustha Penggerak Lesbumi Jateng Era 60-an Wafat
Sabtu, 1 Agustus 2020 | 13:00 WIB
Samsul Huda
Kontributor
Semarang, NU Online
Innalillahi wainnaa ilaihi roojiuun, Umar Mustha seniman dan sutradara yang juga salah seorang penggerak NU dalam menandingi manuver PKI di era Orde Lama (Orla) melalui jalur seni dan budaya meninggal dunia karena sakit.
Informasi yang didapatkan NU Online, meninggalnya salah satu tokoh seni dan budaya yang menggerakkan Lesbumi pada tahun 1960-an ini diketahui melalui informasi berantai di grup wartawan senior Jateng.
Jurnalis senior yang juga Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) Gunoto Safari mengabarkan bahwa Umar Mustha (85) wartawan Harian Duta Masyarakat dan Sophia Weekly meninggal dunia pada Jumat (31/7) malam.
Dijelaskan, almarhum yang tinggal di Jl Menoreh Utara III no 7 Sampangan Semarang dan dimakamkan pada Sabtu pukul 10.00 itu beberapa kali membintangi film, mensturadarai film, dan pertunjukan teater baik di era Orla, Orba, maupun Reformasi.
"Setelah tidak aktif lagi di dunia jurnalistik, almarhum melanjutkan aktivitasnya di bidang kerja-kerja seni meski juga tidak aktif lagi di Lesbumi," kata Gunoto kepada NU Online, Sabtu (1/8).
Mantan aktivis Lesbumi Jateng tahun 1960-an Hj Sumiyati Sjamsoel Hadi mengatakan, alamarhum Umar Mustha dikenal sebagai pekerja seni yang gigih, baik saat berperan sebagai aktor maupun sutradara dalam mengimbangi manuver para seniman komunis yang tergabung dalam Lekra, organisasi seniman di bawah binaan PKI pada tahun 1960-an.
Menurutnya, Lesbumi sebagai perangkat NU yang mewadahi potensi seniman dan budayawan NU dalam aktualisasinya mengemban misi NU melawan propaganda PKI yang anti Pancasila.
"Oleh almarhum saya sering ditugasi peran sebagai figur anti PKI, peran melawan paham komunis dalam berbagai pentas drama," kata Hj Sumiyati mengenang peristiwa tahun 1966 saat dirinya lulus dari SMA 3 Semarang.
Lewat Lesbumi Jateng itulah lanjutnya, dirinya dikenalkan oleh almarhum Umar Mustha dengan sejumlah tokoh film di PBNU seperti Usmar Ismail, Asrul Sani, Mutiara Sani dan sebagainya.
"Sayang kejayaan Lesbumi surut bersamaan dengan meredupnya NU di pentas politik setelah Orde Lama tumbang, tapi saya salut dengan almarhum yang tetap mencintai dan menekuni kerja-kerja seni," ujarnya.
Mantan Ketua PW LP Ma'arif NU Jateng Mulyani MNur mengatakan, andil almarhum dalam perjuangan NU di Jateng lewat kerja-kerja seni jangan dampai dilupakan, jejak sejarah itu jangan sampai terhapus.
"Saat saya masih menjadi mahasiswa aktif di PMII Kota Semarang dan dunia teater kampus, saya sempat dibimbing dan dibukakan akses ke sutradara terkenal Arifin C Nur di Jakarta sehingga terbukalah peluang untuk memasuki dunia aktvitas seni di ibukota yang menjanjikan itu," tuturnya.
Namun ujarnya, dunia pendidikan menjadi pilihan hidupnya dan peluang yang dibukakan almarhum saat itu tidak diambil dengan berbagai pertimbangan.
"Meski di luar struktur NU, almarhum mendambakan di NU akan lahir seniman hebat, dia selalu siap membimbing. Dengan meninggalnya beliau, semoga akan muncul seniman dan budayawan nahdliyin yang lebih hebat lagi," pungkasnya.
Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua