Oleh Hendro Setyanto
Gerhana
merupakan sebuah fenomena terhalangnya sebuah benda dengan benda lainnya. Dalam
hubungannya dengan orbit Bulan-Bumi-Matahari dikenal adanya dua macam gerhana
yaitu: gerhana bulan, dan gerhana matahari.
Gerhana
bulan terjadi ketika bulan memasuki daerah bayang-bayang bumi. Terdapat dua
macam bayangan yang dikenal sebagai umbra dan penumbra. Jika seluruh bulan
memasuki daerah umbra bumi, maka disebut gerhana bulan total, jika hanya
sebagian disebut sebagai gerhana bulan sebagian dan jika hanya memasuki area
penumbra bumi disebut sebagai gerhana bulan penumbra.
Sedangkan
gerhana matahari, ketika piringan matahari ditutup oleh piringan bulan. Jika bulan
hanya menutup sebagian, maka disebut sebagai gerhana matahari sebagian. Jika
seluruh piringan bulan menutupi piringan matahari disebut sebagai gerhana
matahari total. Gerhana yang akan terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 nanti
termasuk gerhana matahari total.
Dalam
khasanah falakiyyah atau fiqih, gerhana dikenal dengan istilah kusuf
untuk gerhana matahari dan khusuf untuk gerhana bulan.
Keindahan
gerhana telah menarik minat manusia untuk memburu dan mengamatinya, terutama gerhana
matahari. Keindahan dan kemegahan gerhana matahari mampu membuat mata manusia
terpesona, takjub serta menggetarkan hati yang memandangnya, bahkan menimbulkan
rasa takut yang merasakan akan kemahabesaran sang pencipta dan pengatur alam
semesta ini. Sehingga sangatlah tepat bagi umat Islam disunnahkan untuk
melantunkan takbir dan melaksanakan sholat sunnah sebagai perwujudan mengakui
kebesaran sang maha pencipta, Allah SWT.
Meski
demikian, aspek sains dari gerhana juga sangat banyak sekali, sehingga tidak sedikit orang melakukan ekspedisi untuk sejumlah penilitian dan juga pendidikan. Salah
satu diantaranya adalah pengamatan waktu-waktu kontak gerhana matahari yang
sangat terkait dengan ketelitian perhitungan.
Gerhana pada dasarnya dapat disebut sebagai ijtima’ yang terlihat. Dengan ketelitian perhitungan saat ini dapat diketahui gerhana matahari pasti akan terjadi pada tangga 9 Maret 2016 nanti, nilai kepastiannya adalah 100 persen. Kecuali terjadi kiamat sebelum tanggal tersebut. Meski demikian pada jam, menit, dan detik berapa gerhana tersebut terjadi. Dari sejumlah model perhitungan yang ada terdapat perbedaan hasil. Sehingga perlu dilakukan konfirmasai lapangan melalui pengamatan secara langsung. Hal ini perlu dilakukan karena Ijtima’ sangat terkait dengan penanggalan Hijriyah umat Islam. Perbedaan hasil dalam orde jam, menit, bahkan detik dapat berimplikasi pada penanggalan yang dihasilkan berbeda sehari. Oleh karenanya mencocokkan hasil perhitungan (ephemeris) dengan fakta lapangan (observasi) merupakan salah satu cara ilmiah untuk terus melakukan perbaikan model perhitungan yang ada. Karena bagaimanapun, tidak ada sistem perhitungan yang 100 persen tepat sama dengan fenomena alam. Seberapa telitikah perhitungan kita? Layak kita tunggu.
Terpopuler
1
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
2
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
3
Surat Al-‘Ashr: Jalan Menuju Kesuksesan Dunia dan Akhirat
4
Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta Jadi Momen Refleksi Kebijaksanaan dan Warisan Pemikiran untuk Bangsa
5
Mariam Ait Ahmed: Ulama Perempuan Pionir Dialog Antarbudaya
6
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 229: Ketentuan Hukum Talak Raj’i dan Khulu’
Terkini
Lihat Semua