Opini

MENGUKUR PENGALAMAN SHALAT KITA

Selasa, 27 September 2005 | 08:05 WIB

Dalam kehidupan dunia ini, manusia dituntut untuk menjadi manusia yang bermanfa’at bagi dirinya sendiri, keluarga dan orang lain. Seorang yang bermanfa’at bukan hanya karena seringnya memberikan bantuan kepada orang lain, tetapi juga dalam masalah yang kecil seperti kepribadian akhlaknya menjadi teladan; kepribadiannya yang tidak suka mengganggu atau mengambil hak orang lain adalah bagian dari pribadi yang bermanfa’at. Sehingga dia akan menjadi pribadi yang menurut agama baiknya keberagamaan seseorang adalah ditentukan oleh hubunganya yang baik dengan sesama.

 

<>

Ada yang mengatakan, bahwa dalam Al-qur’an terkandung banyak ayat seperti aqimu shalah wa atuz  zakah. Tegakan shalat dan Zakat. Banyak orang yang memandang bahwa penggalan ayat tersebut adalah ukuran baik-buruknya seseorang,. Shalat adalah Ibadah ritual yang dilaksanakan oleh seorang muslim kepada Allah SWT yang Maha Ghaib. Sedangkan Zakat adalah pemberian dari sebahagian harta setelah mencapai nishab kepada para mustahiq adalah gambaran hubungan yang baik dengan sesama manusia (para mustahiq). Karena dalam kehidupan sehari-hari, Shalat hanya beberapa menit atau jam saja, selebihnya adalah hubungan sosial.

 

Dalam bahasa para aghniya bahkan Wakil Gubernur Jawa Barat ketika memberikan sambutan pada acara Maulid Nabi Saw di Pondok Pesantren Baitul Arqom Ciparay Bandung mengatakan, ”Seorang muslim yang baik dituntut untuk menjadi pribadi muslim yang mempunyai kesalehan ritual dan keshalihan sosial. Shalat tahajjud setiap malam, pergi haji tiap tahun, juga membantu keluarga, tetangga, dan teman yang dhuafa adalah sama perlunya.”

 

Sebuah hadist mengatakan: ”Man qaida li akhili muslim hajatan kana lahu minal ajri kaman haj” Barang siapa yang membantu temanya yang semuslim baginya mendapat pahala seperti pahalanya ibadah haji.

 

Ada juga pendapat bahwa baik-buruknya seseorang tergantung cara pandang seseorang dalam menghadapi suatu persoalan. Hal ini terpijak kepada Man ra’a musliman hasanan fahuwa ‘Indallahi Hasanun artinya: barang siapa yang memandang seseorang dengan baik maka dia baik menurut pandang Allah SWT.

 

Sebahagian yang lain mengatakan, untuk mengukur baik dan buruknya seseorang adalah melaui pengamalan dan penghayatan terhadap makna Shalat. Dalam shalat yang rukunya diawali dengan Takbiratul Ihram dan diakhiri dengan Salam. Ada rukun shalat yang mempunyai makna dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi ukuran baik-buruknya seseorang, yakni salam.