Pustaka

Menumbuhkan Cinta Anak-Anak pada Al-Quran

Ahad, 6 Juli 2008 | 23:00 WIB

Judul Buku: I Love My Al-Quran
(Cara Pahami Qur'an Sedari Dini)
Penerbit: Pelangi Mizan*
Cetakan: Kedua, Juni 2008
Peresensi: Fitra Sukrita**
*Info produk I Love My Al-Quran: www.bukuspesial.com
Hubungi Fitra sukrita 0818647776

Penerbitan I Love My Al-Quran (ILMA) dilatarbelakangi oleh sebuah riset kecil mengenai kondisi dan kebutuhan masyarakat saat ini. Generasi muda ‘diserang’ berbagai media yang menarik, termasuk di dalamnya media-media yang tidak konstruktif. Hal itu dapat membuat mereka tidak tertarik untuk mempelajari Al-Quran sehingga diperlukan sebuah tindakan untuk mengantisipasinya.

Untuk mengatasinya, lebih tepat<> jika anak-anak diajak mencintai Al-Quran dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Al-Quran sendiri memerintahkan untuk menyampaikan pesan-pesan Allah dengan "menggunakan bahasa kaumnya" atau "sesuai dengan tingkat pemikiran mereka" (biqudri 'alaihim).

Gambar dan warna, adalah bahasa anak-anak yang universal, sebagaimana bentuk bahasa lain seperti bahasa verbal dan bahasa isyarat. Dengan demikian, dilengkapilah seri ILMA dengan gambar dan warna untuk menjadi media yang akrab dan menarik bagi anak-anak.

Satu paket ILMA terdiri empat bagian. Selain 15 jilid mushaf Al-Quran setebal masing-masing 44 halaman dan 15 jilid buku terjemahan dan tafsir (sederhana) Al-Quran, terdapat juga kamus kata-kata unik dalam Al-Quran setebal 80 halaman. Terdapat juga CD audio 16 lagu terjemahan surat-surat pendek dan papan permainan ular tangga mengenal nama 114 surat Al-Quran dengan papan magnetik.

Tim Pelangi Mizan tampak sangat berhati-hati dalam menyusunnya. Menyadari bahwa upaya ini bisa saja menimbulkan polemik, tim penyusun meminta tak kurang dari 20 ulama dari berbagai latar belakang untuk memberikan kritikan dan masukan. Mulai dari penggunaan gambar itu sendiri, jenis gambarnya, serta studi mengenai sejarah inovasi yang pernah dilakukan umat Islam untuk mempermudah membaca dan memahami Al-Quran, seperti pengumpulan mushaf, penambahan tanda baca, hiasan dekorasi pada mushaf, termasuk beberapa Al-Quran yang pernah terbit yang juga dibubuhi gambar.

Cuplikan pendapat para ulama tersebut dapat dibaca di buku tafsir dan terjemahan jilid pertama. Sebagian di antaranya adalah M. Quraish Shihab, KH Hasyim Muzadi, Prof Dr Dien Syamsudin, Prof Dr Syafii Maarif, KH Shiddiq Amien, Muhammad Rizieq Sihab, KH Didin Hafifudin, KH A. Mustofa Bisri, KH Dr Miftah Faridl, dan lain-lain.

Penampilan fisik ILMA memang akhirnya menjadi sangat menarik. Lembar mushafnya dibuat berbeda-beda warna untuk tiap jilidnya dengan sudut halaman berbentuk unik yang bertuliskan nama surat, urutan surat dan juz halaman tersebut. Buku tafsir dan terjemahan yang berisi tafsir sederhana, dilengkapi dengan ilustrasi. Sesuai dengan apa yang disarankan, ilustrasinya menghindari penggambaran mahluk hidup seperti realitas aslinya (denaturalisasi), menghindari gambar yang merujuk ke sosok nabi, menghindari menggambarkan hal-hal yang abstrak, dan menghindari hal-hal yang tidak pantas digambarkan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sederhana dengan kalimat pendek-pendek dengan gaya bercerita. Berikut ini salah satu contoh gaya penulisan di kandungan ayat:

“Yuk, awali dengan Basmalah! (Surat Al-Fatihah, Kandungan Ayat 1-4). Teman-teman, sebelum berkegiatan, suka baca Basmalah, kan? Nah, berarti semua perbuatan kita senantiasa disandarkan hanya kepada Allah. Sebab, hanya Dia-lah yang menciptakan alam semesta, termasuk kita. Hanya Allah juga yang memberikan kasih sayang (Ar-Rahmân Ar-Rahîm) kepada seluruh makhluk, di antaranya dengan memelihara, membimbing, dan memberikan keadilan (Mâlik). Sehingga, tidak ada satu makhluk pun yang dirugikan! So, dengan Basmalah, perbuatan kita jadi lebih asyik, loh!”

Dengan gambar dan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami juga, beberapa istilah "berat" dalam Al-Quran, seperti, talak dan rujuk, dapat diuraikan dengan jelas tanpa mengurangi makna sebenarnya. Dalam CD lagu-lagu terjemahan surat-surat pendek, bahasa yang mudah serta indah diiringi irama ceria mengajak anak memahami makna surat-surat pendek yang biasanya hanya mereka hapalkan lafaz Arabnya.

Bukan saja untuk anak-anak, orangtuanya pun dapat ikut belajar bersama. Pada buku terjemahan dan tafsir disediakan kotak “Untuk Ayah dan Ibu” khusus bagi orang tua sehingga dapat tercipta dialog interaktif antaranggota keluarga. Terdapat juga kotak “Lihat Juga” untuk korelasi suatu ayat dengan ayat lain atau dengan sumber lain, dapat merangsang kecerdasan intelektual. Beberapa kosa kata dalam bahasa Arab disertai padanannya dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia disediakan juga di bagian atas halaman terjemahan, yang akan mengasah kecerdasan berbahasa anak. Sedikit mengenai tajwid juga dicantumkan di buku-buku tersebut. Motorik anak ikut berpartisipasi dalam proses belajar Al-Quran ini melalui papan permainan nama-nama surat Al-Quran.

Dengan begitu, seri ILMA telah melakukan pendekatan melalui tiga cara belajar manusia, visual (melihat), auditorial (mendengar) dan kinestetik (melakukan). Merupakan cara cerdas dari Tim Pelangi Mizan yang mencoba menyampaikan pesan-pesan Al-Quran dengan efektif. Semakin banyak indera yang aktif dalam belajar, semakin banyak pelajaran yang akan dicerna dan terpatri di dalam benak anak-anak yang insya Allah akan bertahan lama.

Secara keseluruhan, ILMA merupakan terobosan baru di Indonesia, bahkan di dunia, dalam mempelajari Al-Quran. Kehadirannya patut diapresiasi apalagi sebagai karya anak negeri, sungguh membanggakan. Semoga kehadirannya dapat menyumbangkan solusi bagi berbagai permasalahan yang sangat kompleks yang sedang dihadapi bangsa ini.

**Book Advisor dari Mizan Dian Semesta, juga pemerhati pendidikan anak