Tafsir Al-Qurthubi, Kitab Tafsir Hukum Komprehensif Abad 7 Hijriyah
Kamis, 21 Maret 2024 | 20:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Kitab Al-Jami' li Ahkamil Qur'an atau yang lebih masyhur dengan Tafsir Al-Qurthubi adalah salah satu karya Imam Al-Qurthubi.Imam Al-Qurthubi sendiri mempunyai nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi Al-Qurthubi. Ulama terkemuka di kalangan mazhab Maliki.
Sekilas tentang Tafsir Al-Qurthubi
Dalam mukadimah kitab tafsirnya ini, Imam Al-Qurthubi menamai kitabnya dengan judul lengkap:
الْجَامِعِ لِأَحْكَامِ الْقُرْآنِ وَالْمُبَيِّنِ لِمَا تَضَمَّنَهُ مِنَ السُّنَّةِ وَآيِ الْفُرْقَانِ
Artinya, "Kitab Himpunan Hukum-Hukum Al-Quran dan Penjelasan Kandungannya dari Sunah dan Ayat-Ayat Al-Quran." (Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Kairo, Darul Kutub Al-Mishriyyah: 1964], juz I, halaman 3).
Dilihat dari namanya dapat dipahami bahwa kitab tafsir ini berisi himpunan hukum-hukum Al-Quran dan penjelasan terhadap isi kandungannya, baik berasal dari sunah ataupun ayat-ayat Al-Quran lainnya. Kitab tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir yang sangat fenomenal, karena merupakan kitab tafsir yang paling lengkap dalam membahas fiqih di eranya.
Sistematika Penulisan Kitab Tafsir Al-Qurthubi
Sebelum memasuki penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran, Imam Al-Qurtubi memulai dengan sebuah mukadimah atau pengantar pembahasan.
Dalam mukadimahnya ini, beliau memberi ulasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan cara berinteraksi dengan Al-Quran dan beberapa bab yang terkait dengan ulumul Qur’an. Di antaranya:
- Keistemewaan dan keutamaan Al-Quran, anjuran-anjuran di dalamnya, keutamaan orang yang belajar, membaca, mendengarkan, dan mengamalkannya.
- Tata cara membaca Al-Quran, anjuran untuk mengajarkannya dan peringatan untuk menjauhi sifat riya’.
- Etika membawa Al-Quran dan hal-hal yang harus dilakukan untuk menghormati Al-Quran.
- Pembahasan tentang tujuh huruf, sejarah pengumpulan Al-Quran, susunan surat dan ayat-ayatnya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan ulumul Qur’an.
Setelah itu, Al-Qurtubi memberikan bab tersendiri untuk membahas masalah isti’adzah dan basmalah. Dalam Bab Isti’adzah, Al-Qurthubi membahas 12 masalah yang terkait dengannya, dan dalam Bab Basmalah, beliau membahas 20 masalah yang terkait dengannya juga. (Al-Qurthubi, I/4-107).
Setelah memberikan mukadimah, Al-Qurthubi memulai penafsiran ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan tertib surat dan ayat dalam mushaf. Secara umum, beliau menafsirkan Al-Quran dengan menampilkan satu ayat atau lebih dalam sebuah pembahasan sesuai dengan urutan mushaf. Setelah itu, beliau merinci masalah-masalah yang terkait dengan pembahasan tersebut.
Gambaran umum dan langkah-langkah penafsiran Al-Qurthubi adalah sebagai berikut:
- Menyebutkan keutamaan atau keistimewaan surat Al-Quran yang dibahasnya. Langkah ini biasa dilakukan oleh Al-Qurthubi setiap memasuki surat-surat dalam Al-Quran. Dalam langkah ini, beliau juga membahas nama-nama surat tersebut, tentang turunnya, dan kajian hukum-hukum yang terdapat dalam ayat yang dibahas.
- Menyebutkan sebab turunnya ayat-ayat yang disinyalir ada sebab turun(sababun nuzul)nya.
- Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadits-hadits Nabi saw. dengan menyebut sumbernya sebagai dalil.
- Memberikan kupasan dari segi bahasa, dengan menggunakan syair-syair Arab sebagai rujukan kajiannya.
- Mengutip pendapat ulama dengan menyebut sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan.
- Mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi masing-masing, setelah itu melakukan tarjih dengan mengambil pendapat yang dianggap paling benar.
Sebagai contoh untuk memperjelas langkah-langkah Imam Al-Qurthubi di atas, bisa dilihat dari penafsiran beliau terhadap surat Al-Fatihah. Berikut adalah kutipan dari penafsiran beliau
تفسير سورة الفاتحة
الْبَابُ الْأَوَّلُ فِي فَضَائِلِهَا وَأَسْمَائِهَا وَفِيهِ سَبْعُ مَسَائِلَ بحول الله وكرمه» وَفِيهَا أَرْبَعَةُ أَبْوَابٍ
الباب الثاني في نزولها وأحكامها، وَفِيهِ عِشْرُونَ مَسْأَلَةً
الباب الثالث في التأمين، وفيه ثَمَانِ مَسَائِلَ
الباب الرابع فيما تضمنته الفاتحة من المعاني والقراءات والاعراب وفضل الحامدين، وفيه ست وثلاثون مسألة
Dalam keterangan di atas, beliau membagi penjelasannya menjadi empat bab berikut:
- Bab pertama, berbicara tentang keutamaan dan nama-nama surat al-Fatihah.
- Bab kedua membahas tentang turunnya surat Al-Fatihah dan 20 masalah hukum fiqih yang berkaitan dengan surat ini.
- 0Bab ketiga tentang ta’min (membaca amin) dengan delapan permasalahan di dalamnya
- Bab keempat mengulas kandungan-kandungan surat Al-Fatihah, baik dari aspek pemaknaan, qira’at, i’rab, dan keutamaan orang-orang yang memuji dengan 30 masalah di dalamnya. (Al-Qurthubi, I/108-131)
Metodologi Penafsiran Kitab Tafsir Al-Qurthubi
Di dalam tafsirnya ini, Imam Al-Qurthubi tidak membatasi kajiannya hanya pada ayat-ayat hukum saja, tetapi mengkajinya secara komperehensif.
Metodologi penafsiran beliau dalam kitab tafsirnya ini adalah dengan menyebutkan asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat), mengemukakan ragam qira'at dan i'rab, menjelaskan lafal-lafal yang gharib (asing), melacak dan menggabungkan berbagai pendapat pada sumbernya.
Selain itu, beliau juga menyediakan paragraf khusus bagi kisah para mufassir dan berita-berita dari para ahli sejarah, mengutip dari para ulama terdahulu yang dapat dipercaya, khususnya penulis kitab tentang hukum.
Misalnya ketika beliau mengutip dari Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu 'Athiyyah, Ibnu 'Arabi, Alkiya Harrasi dan Abu Bakar Al-Jashshah. (Manna’Al-Qathan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, [Kairo, Maktabah Wahbah: 2000], halaman 368).
Kelebihan Kitab Tafsir Al-Qurthubi
1. Pembahasan Sangat Luas dan Tidak Fanatik
Imam Al-Qurthubi sangat luas mengkaji ayat-ayat hukum. Beliau mengetengahkan masalah-masalah khilafiyah, hujah (argumentasi) bagi sebagian pendapat, lalu mengomentarinya.
Beliau tidaklah fanatik terhadap mazhab yang diikuti, yakni mazhab Maliki. Hal ini dapat dibuktikan saat beliau menafsirkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 187, yang berbunyi:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ
Artinya, "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu." (QS Al-Baqarah: 187).
Dalam masalah 12 yang terkandung dalam ayat ini, sesudah mengemukakan perbedaan pendapat para ulama mengenai hukum orang yang makan pada siang hari bulan Ramadhan karena lupa, dan mengutip pendapat mazhab Maliki yang mengatakan batal dan wajib mengqadha, beliau mengatakan:
"Menurut pendapat selain mazhab Maliki, tidaklah dihukumi batal setiap orang yang makan karena lupa akan puasanya. Menurut pendapat saya pribadi, ini adalah pendapat yang benar dan Jumhur Ulama pun berpendapat sama bahwa barangsiapa makan dan minum karena lupa, ia tidak wajib mengqadha' puasanya, dan puasanya tetap sempurna.
Hal ini berdasarkan Hadits Abu Hurairah, katanya, Rasulullah saw bersabda, "Jika seseorang sedang berpuasa lalu makan atau minum karena lupa, maka yang demikian adalah rezeki yang diberikan Allah kepadanya, dan ia tidak wajib mengqadha-nya."
Dari kutipan di atas, kita dapat melihat, dengan pendapat yang dikemukakannya itu Imam Al-Qurthubi tidak lagi sejalan dengan mazhabnya sendiri. Ia berlaku adil terhadap mazhab lain. (Al-Qathan, 369).
2. Menolak Golongan yang Menyimpang
Selain itu, Imam Al-Qurthubiy juga melakukan konfrontasi terhadap sejumlah golongan lain. Misalnya ketika beliau menyanggah kaum Muktazilah, Qadariyyah, Syi'ah Rafidhah, para filsuf dan kaum sufi yang ekstrim.
Meskipun demikian, hal tersebut tetap dilakukan dengan gaya bahasa yang halus. Didorong oleh rasa keadilan, kadang-kadang ia pun membela orang-orang yang diserang oleh Ibnu 'Arabi dan mencelanya karena ungkapan-ungkapannya yang kasar dan keras terhadap ulama.
Jika perlu mengkritik, kritikan yang beliau kemukakan bersih serta dilakukan dengan cara sopan dan terhormat.
Kitab Al-Jami' li Ahkamil Qur'an atau yang lebih masyhur dengan julukan Tafsir Al-Qurthubi pernah hilang dari perpustakaan, hingga akhirnya Darul Kutub Al-Mishriyyah mencetaknya kembali. (Al-Qathan, 369). Wallahu a'lamu bisshawab.
Identitas Kitab
Penulis: Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi Al-Qurthubi (w 671 H)
Penerbit: Darul Kutub Al-Mishriyyah
Kota Terbit: Kairo
Tahun Terbit: 1964 M
M Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua