Tafsir al-Khatib al-Makki Karya Abdul Hamid bin Khatib Minangkabau
Jumat, 1 April 2016 | 03:00 WIB
Kitab “Tafsîr al-Khatîb al-Makkî” ini terdiri dari 4 (empat) juz dan pertamakalinya dicetak di percetakan Musthafâ al-Bâbî al-Halabî di Kairo pada tahun 1947 M. Kitab ini dicetak ulang pada tahun 1960-an oleh penerbit Dâr al-Fikr, Libanon. Sayangnya, setelah itu kitab ini tampaknya tak lagi terbit.
Naskah kitab versi cetakan Musthafâ al-Bâbî al-Halabî ini (1947 M) tersimpan di perpustakaan al-Haramain al-Syarifain di Masjid Nabawi di Madinah, Perpustakaan Universitas Riyadh, Saudi Arabia (KSA), juga di perpustakaan Universitas Sains Terapan (Applied Science University/ Jâmi’ah al-‘Ulûm al-Tathbîqiyyah), Uni Emirat Arab (UAE).
Keberadaan kitab tafsir ini kian melengkapi khazanah intelektual ulama Nusantara di Timur Tengah. Kitab tafsir ini pun menjadi penyanding “Tafsîr Marâh Labîd” atau “Tafsîr Munîr”, sebuah kitab tafsir yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Syaikh Nawawi al-Bantani (w. 1897 M) sekitar tiga perempat abad sebelumnya.
Ketika menuliskan kitab tafsirnya ini, ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb berstatus sebagai pengajar di Masjid al-Haram di Mekkah. Rumahnya ramai oleh para pelajar yang mengaji ilmu-ilmu keagamaan, khususnya mereka yang berasal dari negeri Jawi (Nusantara).
Selama menjadi pengajar, ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb terbilang produktif menulis. Selain “Tafsîr al-Khatîb al-Makkî”, ia juga menghasilkan beberapa karya lainnya, semisal “Asmâ al-Risâlât”, “Tâiyah al-Khatîb fî Sîrah al-Musthafâ al-Habîb”, “Jauharah al-Dîn”, dan juga “al-Imâm al-‘Âdil”.
Dalam “Siyar wa al-Tarâjim li Ba'dh 'Ulamaina fi al-Qarn al-Rabi' al-'Asyar”, Umar 'Abd al-Jabbar memuat biografi 'Abd al-Hamid al-Khatib ini. Disebutkan, jika pada masa mudanya ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb merupakan seorang aktivis. Ia pergi ke Mesir pada tahun 1920-an dan bergabung dengan gerakan kebangkitan budaya di Kairo.
Selama di Kairo, ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb juga aktif di dunia jurnalistik. Artikel-artikelnya banyak dimuat di beberapa surat kabar terkemuka Mesir pada masa itu, seperti Al-Ahram, Al-Wathan, Al-Muqattam, dan lain-lain. Di Kairo juga ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb memprakarsai berdirinya Jam’iyyah al-Syubbân al-Hijâziyyin (Organisasi Pemuda Hijaz).
Karir ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb kemudian sampai pada bidang diplomatik. Ia pun didaulat sebagai duta besar Kerajaan Saudi Arabia untuk Pakistan. Ketika Republik Indonesia merdeka pada tahun 1945 M, ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb-lah yang menjadi utusan khusus Kerajaan Saudi Arabia untuk menyatakan dan memberikan dukungan kerajaan bagi Indonesia. Sekitar tahun 1949 M, ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb melakukan aktivitas safari ke beberapa kota di Indonesia, khususnya wilayah asal leluhurnya: Minangkabau.
‘Abd al-Hamîd menghabiskan masa tuanya dan meninggal di Damaskus, Suriah, pada 1961 M.
Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau memiliki dua anak lelaki, yaitu ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb yang disebutkan di atas, juga ‘Abd al-Malik al-Khatîb. Anak kedua inilah yang menjadi penerus “trah keulamaan” Syaikh Ahmad Khatib. Dalam beberapa kitab “asânîd” dan “tarâjîm”, ‘Abd al-Malik al-Khatîb disebut-sebut sebagai salah satu ulama abad ke-20 M, meski beliau tidak memiliki banyak karangan seperti ayah dan saudaranya. Syaikh Yasin al-Padani juga banyak mengambil riwayat-sanad dari ‘Abd al-Karîm al-Khatîb ini. (Ahmad Ginanjar Sya’ban)
*NU Online akan mengulas beberapa khazanah ulama Nusantara yang diterbitkan
atau tersimpan di beberapa negara di Timur Tengah di rubrik ini setiap
hari Jum’at. Sebagian besar khazanah ini sudah tidak diterbitkan lagi. (Red)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
2
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
3
Peran Generasi Muda NU Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 di Tengah Konflik Global
4
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
5
Luhut Binsar Pandjaitan: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian Timur Tengah
6
OSN Jelang Peringatan 100 Tahun Al-Falah Ploso Digelar untuk Ingatkan Fondasi Pesantren dengan Tradisi Ngaji
Terkini
Lihat Semua