Tokoh

Silisilah Ajengan Unung, Tokoh NU Tasikmalaya, Terhubung dengan Hadratussyekh

Selasa, 31 Juli 2018 | 12:30 WIB

Di dalam buku A. E. Bunyamin Nahdlatul Ulama di Tengah-tengah Perjuangan Bangsa, NU ke Tasikmalaya diperkenalkan Ajengan Fadil sekitar 1928. Ia merupakan seorang kiai dari daerah Cikotok (sekarang masuk wilayah Kabupaten Ciamis) yang kemudian menetap di daerah Nagarawangi (Tasikmalaya). NU berdiri pun dimulai dari rapat di rumah Ajengan Fadil.

Di antara ajengan yang pertama kali turut menjadi penggurus NU adalah KH Ahmad Qulyubi atau disebut Ajengan Unung. Silsilah nasab leluluhur Ajengan Unung, di dalam buku Ringkasan Riwayat Hidup KH O. Qolyubi yang ditulis putranya KH Ahmad Thabibudin pada 27 November 1955, terhubung dengan pendiri NU, Hadratussyekh KH Hasyim Ays’ari.

Berikut silisilah Ajengan Unung:

Ajengan Unung bin Abdulghani (Asiam atau Icong), bin Natawijaya (Bapa Lijam) , bin Iskin bin Katam Jiwaraga (Aki Dukun) bin Kiai Raden Mas Narawulan (Bagus Jamri, putra Dalem Suniawenang Cineam, Tasik) bin Rd. Mas Sutanagara di Sukasindang, Setia Mulya bin Rd. Mas Wisonajaya bin Rd. Mas Prabu Singajiwakusumah, {kuburannya di Cipajaran, Tamanjaya (Gobras), Cibereum, Tasikrnalaya}. Rd. Mas Rangsang (Rd. Mas Cakrakusumah), Sultan Mataram anu gelarannana: Kanjeng Sultan Agung Senapati Ing Alaga Abdurrohman Sayyidin Panatagama. Rd. Mas Jolang (Panembahan Seda Krapyak), Sultan Mataram, bin Sutawijaya, Senapati Adiwijaya/Kepala Pasukan Pengawal Sultan Adiwijaya (Jakatingkir) di Pajang bin Kiai Ageng Pamanahan, Kepala daerah Mataram/Kepala Pasukan Pengawal Sultan Adiwijaya. 

Di dalam buku tersebut menyebutkan bahwa silsilah itu bisa dilanjutkan dengan menukil silisilah KH Abdul Wahid Hasyim Tebuireng, Jombang. Kiai Ageng Ngluwihan Solo Kiai Ageng Sela Kiai Ageng Soba.

KH A. Qulyubi dilahirkan di kampung Madewangi, Tasikmalaya sekitar tahun 1891 M. Pernah menimba ilmu di Tanah Suci Makkah pada 1912 hingga 1916.

Terkait dengan NU, dalam catatan ringkas "Riwayat Ngadegna NU Cabang Tasikmalaya" yang ditulis KH Ahmad Thabibudin tahun 1955 dengan bahasa Sunda, diceritakan KH Fadil dan KH Unung menemui para kiai di Tasikmalaya. Untuk Kiai yang di kota hanya beberapa tempat, kecuali di Singaparna.

Saat NU akan ramai, kolonial Belanda menakuti-nakuti sampai banyak pengurus dan anggota NU menyerahkan kembali kartu NU. Termasuk di Kampung Madewangi (tempat KH Unung) dari 60 orang tinggal 35 orang. Namun, ketika Ketua NU dipegang "Juragan" Ahmad Dasuki, anggota NU kembali banyak. Dan lagi-lagi terus dihalangi Belanda, kemudian banyak yang keluar lagi. 
(Abdullah Alawi)