Mengenal Syekh Sulaiman al-Jamal, Ulama Besar dengan Karya Fenomenal
Selasa, 28 Januari 2025 | 10:00 WIB
Bushiri
Kolomnis
Dalam sejarah Islam, tradisi keilmuan selalu menjadi pilar utama yang menjaga peradaban tetap hidup dan berkembang. Dari masa ke masa, lahir para ulama yang menjadi obor penerang di tengah gelapnya kebodohan. Mereka tidak hanya menjaga ilmu, tetapi juga mengembangkannya, menghadirkan pemahaman baru tanpa kehilangan akar tradisi.
Salah satu nama yang melambung dalam khazanah keilmuan Islam adalah Syekh Abu Dawud Sulaiman al-Jamal al-Mishri asy-Syafi’i, seorang ulama besar dalam mazhab Syafi’i. Kehadirannya menjadi bukti nyata bahwa ilmu bisa melampaui batas-batas fisik dan sosial.
Di tengah gemilangnya tradisi keilmuan Islam, nama Syekh Abu Dawud Sulaiman al-Jamal al-Mishri asy-Syafi’i mengemuka sebagai salah satu tokoh besar yang meninggalkan jejak mendalam dalam keilmuan Islam, khususnya dunia tafsir Al-Qur’an.
Dikenal sebagai pemberi komentar terkemuka atas Tafsir al-Jalalain dengan karya fenomenalnya al-Futuhat al-Ilahiyah, beliau menjadi figur penting yang mewarnai perjalanan keilmuan Islam hingga kini. Keistimewaan dan kontribusinya melampaui sekadar karya tulis, menjadikannya sosok yang dihormati lintas generasi.
Sosok Syekh Sulaiman al-Jamal: Ulama dengan Keajaiban Hafalan
Syekh Sulaiman al-Jamal lahir di Minya, salah satu kota yang terletak di Mesir Hulu. Beliau kemudian pindah ke Kairo dan mendalami ilmu di sana. Dalam ar-Rihlatul Kubra, Ibnu Abdus Salam an-Nashiri (w. 1239 H) mengungkapkan kekagumannya terhadap Syekh Sulaiman al-Jamal:
هذا الرجل آية الله الكبرى في خلقه مع كونه أميًا لا يحسب ولا يكتب بل ولا يطالع
Artinya, “Pria ini adalah tanda kebesaran Tuhan dalam ciptaan-Nya, meskipun ia buta huruf, tidak dapat menghitung, tidak menulis, bahkan tidak membaca.” (ar-Rihlatul Kubra, [Maroko, Daru Abi Zafraq: 2013], jilid I, halaman 630)
Meskipun ummi, Syekh Sulaiman memiliki kemampuan luar biasa untuk menghafal apa pun yang dipelajarinya melalui pendengaran. Beliau memiliki metode belajar yang unik, yaitu dengan meminta seseorang untuk membacakan bagian dari berbagai bidang ilmu, lalu mendengarkan, memahami, dan menghafalnya dengan sangat baik.
Keajaiban ini tidak hanya menempatkan Syekh Sulaiman sebagai ulama yang diakui, tetapi juga menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk mencapai puncak keilmuan. Dedikasi, keuletan, dan kecerdasannya menjadikan beliau sosok panutan yang menginspirasi.
Guru Besar yang Mengabdikan Hidup untuk Ilmu
Syekh Sulaiman menjalani kehidupan yang sepenuhnya dipersembahkan untuk ilmu. Selama bertahun-tahun, beliau mengajar di Masjid Al-Husaini, Kairo. Majelisnya tak pernah sepi dari para murid yang datang untuk menimba ilmu. Pilihannya untuk tidak menikah menunjukkan komitmennya yang total pada dunia pendidikan dan pengembangan keilmuan.
Salah satu karya fenomenalnya adalah al-Futuhat al-Ilahiyah, sebuah komentar mendalam atas kitab Tafsir al-Jalalain. Karya populer beliau yang lain adalah Hasyiah al-Jamal, sebuah komentar atas kitab Fathul Wahhab karya Syekh Zakariya al-Anshari. Tidak hanya itu, beliau juga menulis syarah atas beberapa kitab populer, seperti Dalail al-Khairat dan Hizb al-Bahr karya Imam asy-Syadzili, menunjukkan keluasan wawasan dan penguasaannya terhadap berbagai cabang ilmu. (ar-Rihlatul Kubra, I/630)
Sanad Keilmuan Syekh Sulaiman al-Jamal
Al-Kattani (w. 1382 H) dalam Fahrasul Faharis (Beirut, Darul Gharbi: 1972), jilid I, halaman 300, meriwayatkan bahwa Syekh Sulaiman al-Jamal memiliki mata rantai sanad keilmuan yang kuat, terhubung dengan sejumlah ulama terkemuka.
Di antara guru-gurunya adalah Al-Hafni, Ahmad al-Asybuli, Al-Jauhari, dan Hasan al-Madabighi. Beliau juga memiliki hubungan erat dengan ulama Hijaz seperti Abu al-Hasan as-Sindi dan Ibrahim ar-Rais az-Zamzami.
Salah satu jalur sanad tertinggi beliau berasal dari Syekh Syams Muhammad ad-Dafri, yang diperoleh melalui jalur Al-Badiri. Ibnu Abdus Salam an-Nashiri mencatat, sebagaimana dikutip Al-Kattani, bahwa Syekh Sulaiman memiliki tsabat (kumpulan sanad) yang menjadi rujukan utama dalam pengajaran dan keilmuan.
Kehidupan Sederhana Penuh Keberkahan
Di balik kealimannya, Syekh Sulaiman menjalani kehidupan yang sederhana. Kesederhanaan itu menjadi cerminan kepribadiannya yang rendah hati dan jauh dari kemewahan. Meskipun begitu, keberkahan senantiasa menyertai langkahnya. Bagi murid-muridnya, beliau adalah cahaya yang menerangi jalan menuju pemahaman mendalam tentang Islam.
Pujian dari Ibnu Abdus Salam an-Nashiri semakin mengukuhkan kedudukannya:
إن لم يكن المترجم وليًا فليس لله بمصر من ولي
Artinya, “Jika beliau bukan seorang wali (kekasih Allah), maka berarti tidak ada wali Allah di Mesir.” (ar-Rihlatul Kubra, I/630)
Syekh Sulaiman al-Jamal wafat pada bulan Dzulhijjah tahun 1204 H. Karya-karya beliau terus menjadi rujukan utama dalam kajian keislaman. Al-Futuhat al-Ilahiyah yang ditulisnya menjadi bukti nyata keilmuan yang mendalam, sementara ajaran-ajaran dan sanad yang diwariskannya tetap hidup melalui para murid dan generasi penerus.
Syekh Sulaiman al-Jamal bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga simbol dedikasi dan perjuangan tanpa henti dalam menegakkan ilmu agama. Dalam sejarah keilmuan Islam, beliau akan selalu dikenang sebagai tokoh inspiratif yang membuktikan bahwa ilmu adalah warisan yang abadi. Wallahu a’lam.
Ustadz Bushiri, Pengajar di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Madura
Terpopuler
1
Nabi Musa Menangis saat Tahu Umat Rasulullah Lebih Mulia Ketimbang Umatnya
2
Khutbah Jumat: Menumbuhkan Keikhlasan dalam Beramal dan Beribadah
3
Khutbah Jumat: Jagalah Lisan supaya Tidak Menyakiti Orang Lain
4
Keutamaan Puasa Syaban Menurut Syekh Nawawi al-Bantani
5
Khutbah Jumat: Jangan Salah Pilih Teman
6
Khutbah Jumat: Manusia sebagai Makhluk Sosial, dan Perintah untuk Saling Mengenal
Terkini
Lihat Semua