Ahmadiyah Minta Jaminan Tak Disakiti Sesama Muslim di Kampung Asal
Kamis, 2 Oktober 2008 | 01:03 WIB
Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) membutuhkan jaminan keamanan untuk meninggalkan lokasi pengungsian dari Asrama Transito Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dihuni sejak 4 Pebruari 2006 ke kampung halaman.
"Kami akan kembali ke kampung halaman asalkan tidak ada lagi sikap kebencian apalagi tindakan yang menyakiti sesama muslim," kata Koordinator warga Ahmadiyah di lokasi pengungsian Asrama Transito Mataram, Syahidin di Mataram, Rabu (1/10) kemarin.<>
Ia mengatakan insiden penyerangan hingga perusakan dan pembakaran rumah mereka di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat yang dilakukan sekelompok massa, 4 Februari 2006 silam masih membekas dalam ingatan mereka.
Apalagi kejadian itu merupakan peristiwa kedelapan yang mereka alami sejak muncul kebencian kelompok masyarakat tertentu terhadap aktivitas warga Ahmadiyah.
"Insya Allah, jika tindakan menyakiti itu tidak terjadi lagi, kami akan pulang ke rumah. Tentu kami butuh jaminan keamanan dari pemerintah," katanya.
Syahidin dan sejumlah tokoh Ahmadiyah yang ditemui di tempat pengungsian Asrama Transito Mataram usai shalat Idulfitri 1 Syawal 1429 Hijriah itu juga berharap pemerintah meyakinkan umat Islam lainnya terutama di kampung halaman mereka agar tidak lagi membenci warga Ahmadiyah.
Alasannya, warga Ahmadiyah merupakan bagian dari umat Islam yang juga melaksanakan ajaran-ajaran Islam sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran.
"Makna hari kemenangan seperti saat ini juga bermuara pada kedamaian hidup. Kalau kami masih merasa was-was dalam hidup, berarti dimana makna hari kemenangan?," kata Syahidin diamini warga Ahmadiyah lainnya.
Mereka juga mengaku bersedia direlokasi ke tempat lain asalkan tidak keluar dari wilayah NTB, dan mendapat jaminan keamanan di lokasi itu.
Namun, alternatif relokasi tersebut harus disertai biaya pengganti aset mereka yang ada di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, agar dapat dijadikan modal hidup di lokasi baru nanti.
"Kami sudah berkali-kali mengemukakan hal ini kepada Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kota Mataram, tetapi belum ada tindaklanjut. Semoga Gubernur NTB KH M Zainul Majdi yang baru dilantik 19 September lalu bisa menindaklanjuti harapan kami," katanya.
Jumlah warga Ahmadiyah di wilayah NTB diperkirakan 180 orang lebih. Sebanyak 33 kepala keluarga atau 130 jiwa berada di Mataram, ibukota Provinsi NTB, dan 50 jiwa lainnya berada di Kabupaten Lombok Tengah.(*)
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
3
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
4
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
5
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
6
Menag Nasaruddin Umar: Agama Terlalu Banyak Dipakai sebagai Stempel Politik
Terkini
Lihat Semua