Warta

Belajar Agama Model NU Hindarkan Diri dari Terorisme

Kamis, 24 November 2005 | 13:54 WIB

Jakarta, NU Online
Proses pembelajaran agama yang dengan metode yang biasa dilakukan dalam pesantren-pesantren NU diyakini bisa menghindarkan diri dari pemahaman agama yang sepotong-sepotong yang akhirnya menjadi golongan Islam garis keras atau radikal.

”Belajar di pesantren selalu komprehensif, tidak pernah topikal. Dimulai dari iman, Islam dan ihsan dan didalam kitab kuning selalu diawali dengan bab taharah, bab jinayat (hukum pidana) dan lainnya. Bahkan tidak ada bab yang secara khusus membahas masalah jihad,” tandas Ketua PWNU Jatim Ali Maschan Moesa, Kemarin.

<>

Menurutnya orang-orang yang menjadi teroris adalah mereka yang belajar agama sepotong-sepotong, mereka hanya belajar al Qur’an dari terjemahan, dan biasanya juga tak bermadzab. Ini tentu berbeda dengan pengajaran al Qur’an dan hadist di pesantren yang selalu menafsirkannya dari kitab-kitab yang sudah terpercaya.

Karena itu salah besar jika menganggap pesantren NU sebagai menjadi sarang teroris. ”Goblok sekali jika orang menganggap pesantren sebagai pusat ajaran terorisme dan didalam setiap agama selalu ada aliran radikal” tambahnya.

Selain dikarenakan faktor pemahamaan keagamaan yang kurang, terorisme juga diakibatkan oleh masalah ekonomi. Kemelaratan membuat orang menjadi nekat dan melakukan segala hal yang diluar akal sehat.(mkf)