Warta

Hasyim : Kesetaraan Gender Kurang Tepat

Senin, 5 Desember 2005 | 11:45 WIB

Jakarta, NU Online
Berkaitan dengan persoalan perempuan, Hasyim Muzadi menanggapi tema yang diangkat PP Fatayat NU pada acara tersebut; Memperkuat Kelembagaan Untuk Membangun Kesadaran Kritis Perempuan dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender. Menurut Hasyim Muzadi, penggunaan kata “kesetaraan” pada kalimat tersebut dirasa kurang tepat.

Hal tersebut diungkapkan dalam acara pelantikan Pucuk Pimpinan Fatayat NU Periode 2005-2009 Di Gd. PBNU, Senin (5/12).

<>

Menurutnya yang lebih tepat adalah “keserasian”. Kata itu lebih menunjukkan sikap saling mengisi atau memberi antara laki-laki dan perempuan. Antara laki-laki dan perempuan, terang Hasyim Muzadi masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu, relasi yang paling tepat antara keduanya adalah hubungan saling mengisi atau memberi.

“Jadi, yang diperlukan adalah keserasian, bukan kesetaraan. Dan keserasian itu hanya akan tercipta manakala keduanya (suami-istri, Red) saling memberi, saling mengisi mana yang kurang”, terang Hasyim.

Ayat al Qur’an—al rijaalu qowwmuna ‘alannisa—yang selama ini sering digunakan orang harus ada penafsiran ulang. Karena selama ini ayat tersebut hanya sebagai alat legitmasi sebuah kepentingan tertentu. Pada kalimat tersebut terdapat kata qowwamun, umumnya orang menfasirkan kata itu sebagai “pemimpin”.

Menurut Hasyim, penafsiran seperti itu salah. Yang benar adalah “menegakkan”. Artinya, laki-laki mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk menegakkan hak dan kehormatan perempuan. “Dengan penafsiran seperti itu, saya yakin cita-cita mewujudkan masyarakat bekeadilan gender akan tercipta”, tandasnya.

Penafsiran yang sangat patriarkis itu sebetulnya tidak bisa disalahkan seratus persen. Pasalnya kitab-kitab mengenai persoalan tersebut umumnya ditulis oleh kaum laki-laki. “Makanya, mulai sekarang kaum perempuan harus bisa nulis, biar penafsirannya jadi berimbang, tidak hanya dari laki-laki saja,” terangnya disambut tepuk tangan para hadirin.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum PP Fatayat NU, Dra. Hj. Maria Ulfah Anshor M. Hum, menyatakan kesetujuannya. “Saya kira apa yang disampaikan Pak Hasyim tadi cukup bagus. Artinya, hal itu memungkinkan terjadi perubahan pola pikir yang selama ini sudah terlanjur menganggap bahwa perempuan harus sama dengan laki-laki”, katanya saat ditemui usai acara. (rif)