Warta

Jihad Teroris Bagian dari Kafir Zindiq

Jumat, 25 November 2005 | 03:04 WIB

Kediri, NU Online
Anggota Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Idris Marzuqi berpendapat keyakinan jihad yang dianut para teroris dapat dihukum layaknya penganut Kafir Zindiq.

"Jika seseorang mempunyai keyakinan namun tidak didasarkan pada hukum syariat yang benar maka sama halnya mereka adalah sebagai bagian dari Kafir Zindiq," tegasnya di rumahnya di dalam kompleks Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Jumat.

<>

Pengasuh Ponpes yang berdiri pada tahun 1910 itu mengatakan bahwa sesuai dengan ajaran Islam, Kafir Zindiq  itu harus diperangi oleh siapapun karena telah mengingkari dogma-dogma agama.

"Jadi jangan bangga diri dengan melakukan jihad seperti yang diungkapkan oleh para pelaku Bom Bali II itu mati syahid, justru sebaliknya mereka mati dalam keadaan kufur," ujarnya.

Apa yang dilakukan oleh para kaum teroris sekarang ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena mereka telah melakukan tindak perbuatan pembunuhan yang melanggar ajaran agama.

Menurut Kiai Idris , "jihad" yang dimaksud oleh kaum teroris adalah "qital" atau membunuh seseorang sehingga mereka patut diberikan hukuman mati sama dengan perbuatan pembunuhan lainnya yang didalam hukum Islam berlaku hukum "qisas" atau hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, misalnya pelaku pembunuhan harus dihukum mati.

Ia menentang jika "jihad" yang dimaksud oleh kaum teroris adalah perang karena situasi dan kondisi di Indonesia tidak dalam keadaan darurat seperti di Palestina, Afghanistan dan negara-negara lainnya yang terlibat peperangan.

Demikian jika para teroris beralasan memerangi kemaksiatan, maka apa yang dilakukan seperti Bom Bali I dan Bom Bali II tidak sesuai pada tempatnya karena memerangi kemaksiatan bisa dilakukan dengan ajakan persuasif melalui pengajian agama.

Oleh sebab itu kalangan nahdliyyin sangat menentang ajakan dan seruan jihad oleh kaum teroris karena tidak sesuai dengan ajaran ahlussunnah wal jamaah.

Menanggapi kemungkinan adanya santri baru yang menyusup di Ponpes Lirboyo, menurut Kiai Idris pihaknya sudah melakukan penyaringan secara ketat termasuk santri lama yang dikhawatirkan terpengaruh dengan seruan jihad tersebut.

"Sejak awal kami sangat ketat menyeleksi santri kami, memang untuk masalah ini kami tidak main-main, kami menjalin hubungan dengan TNI dan Polri sangat erat. Jadi sewaktu-waktu ada santri yang mencurigakan kami langsung kontak koramil dan polsek terdekat," kata pengasuh sekitar 7.500 santri itu.(ant/mkf)