Warta

Lebaran sebagai Rekonsiliasi Politik

Kamis, 2 Oktober 2008 | 12:12 WIB

Jakarta, NU Online
Idul Fitri memang bukan hanya menjadi wahana pagi rakyat kecil untuk berliburan dan kembali ke kampung halaman. Lebih dari itu, serangkaian acara lebaran juga dimanfaatkan oleh para tokoh nasional untuk memperbaiki hubungan di antara mereka yang sedang berseteru, termasuk memperbaiki pencitraan mereka di mata rakyat.

Masa-masa Idul Fitri bisa menjadi momentum berharga bagi elit khususnya yang sedang berseteru akibat perbedaan pandangan politik untuk rekonsiliasi. Demikian dikatakan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di rumahnya saat Open House (1/10). Menurut JK jika antar elit memiliki perbedaan pandangan politik tidak seharusnya menjadi masalah pribadi.<>

Senada dengan hal ini, Ketua Umum DPP PAN Soetrisno Bachir, menyatakan, Idul Fitri harus dijadikan rekonsiliasi elit. Karena lebaran harus menjadi forum halal bihalal elit untuk saling memaafkan satu sama lain.

“Saya tahun ini tidak mudik ke kampung halaman di Pekalongan, Insya Allah saya akan bertemu dengan para tokoh senior TNI,” ungkap Soetrisno.

Hal yang sama juga dilakukan Ketua Umum DPP Hanura Wiranto. Pada hari pertama Idul Fitri, Wiranto melakukan open house dan merencanakan bertemu dengan sejumlah elit nasional pada hari-hari berikutnya.

Seminggu setelah Idul Fitri, rencananya Wiranto beserta seluruh pendukungnya dalam pemilu 2009 nanti, akan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin agama di pesisir utara Jawa Tengah, yakni kawasan eks. Karesidenan Pati dan sekitarnya.

Menurut Wiranto, momentum lebaran bagi elit politik semestinya bukan hanya sekadar menggelar silaturahmi atau open house yang seremonial semata. Lebaran juga harus menjadi lembaran putih bagi elit untuk bergandeng tangan membangun negeri. (min)