Malam ini JQH Bagikan Sembako untuk 15 Masjid di Jabotabek
Ahad, 28 September 2008 | 15:26 WIB
Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadh (JQH), sebuah lembaga yang mewadahi partisipasi dan perjuangan para penghafal al-Qur’an serta Qor’i dan Qoriah di lingkungan Nahdlatul Ulama, membagikan sembako kepada para jamaah di 15 masjid di kawasan Jabotabek, yang bersedia mengikuti program tarawih dengan membaca al-Qur’an 30 juz selama satu bulan penuh.
Sembari mengharapkan bertepatan dengan malam lailatul Qodar yang menurut pendapat sebagian ulama terjadi pada tanggal 29 Ramadhan, maka pembagian tersebut serempak dilaksanakan pada malam ini (28/9). Kelima belas masjid ini tersebar secara merata di seluruh kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi.<>
KH Muhaimin Zein, ketua JQH menyatakan, program ini pada awalnya diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Ta’mir Masjid Indonesia (LTMI) dan PBNU. Program ini adalah pemberdayaan para huffadh (penghafal al-Qur’an) yang berjuang dalam wadah JQH dengan tujuan untuk menyelamatkan masjid-masjid NU dari serobotan kelompok-kelompok non Ahlussunnah Waljamaah.
”Kami ingin mempertahankan masjid-masjid NU sebagai basis perjuangan Islam Ahlussunnah Waljamaah. Maka kami mensosialisikan tarawih ala Masjidil Haram, Mekkah, kepada masyarakat Muslim Indonesia. Bahwa tarawih yang di Mekkah adalah tarawih ala ahlussunnah waljamaah,” ungkapnya.
Sholat Tarawih ini dilaksanakan dengan membaca satu juz al-Qur’an setiap malamnya. Dua puluh rekaat, sepuluh kali salam (tiap dua rekaat salam) dan membaca al-Qur’an sepanjang satu halaman tiap rekaatnya. Program tarawih ini melibatkan 35 ustadz yang hafal al-Qur’an di Jakarta yang berasal dari berbagai pesantren huffadh (pesantren penghafal al-Qur’an) di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Luar Jawa.
Menurut Muhaimin, pelaksanaan tarawih ini sekaligus juga sebagai, penangkal dari tuduhan kelompok wahabi, bahwa warga Nahdliyyin adalah ahli Bid’ah. Sehingga dari sini terbukti, tarawih yang dijalankan warga Nahdliyyin ternyata sama persis dengan tarawih di Masjidil haram, Makkah.
”Program ini kami laksanakan di Masjid-masjid NU di Jabotabek untuk menangkal serobotan kelompok-kelompok lain. Bila ada anggapan bahwa warga Nahdliyyin adalah ahli bid’ah dan ingin mengganti dengan cara-cara mereka sendiri, maka sungguh tuduhan tersebut adalah sebuah fitnah yang tidak memiliki dasar,” tandasnya. (min)
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
3
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
4
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
5
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
6
Menag Nasaruddin Umar: Agama Terlalu Banyak Dipakai sebagai Stempel Politik
Terkini
Lihat Semua