Warta LIPUTAN HAJI

Mengikuti Pengajian Jamaah Afganistan di Nabawi

Ahad, 24 Oktober 2010 | 09:36 WIB

Madinah, NU Online
Jamaah haji yang berada di Masjid Nabawi Madinah rupanya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan di Masjid Nabawi. Mereka sangat suka berlama-lama di dalam masjid untuk dapat menikmati suasana teduh dan nyaman. Nyaman secara fisik maupun perasaan berada di baitullah yang agung.

Meskipun sering terlihat lebih kasar dibanding jamaah-jamaah dari daerah lain, namun jamaah dari Asia tengah memiliki kelebihan dalam kegiatan berkelompok. Jika jamaah asal Turki lebih sering melakukan mentoring di halaman Masjid Nabawi dalam jumlah yang besar, maka jamaah asal Asia Tengah, seperti Afganistan dan sekitarnya, lebih banyak menghabiskan waktu di dalam Masjid Nabawi dalam lingkaran-lingkaran kecil. Mereka dapat kita tandai dari pakaiannya yang sangat mirip dengan milisi Taliban.
;
Para jamaah ini lebih sering berkumpul di dalam masjid Nabawi dengan membentuk lingkaran-lingkaran kecil, kira-kira terdiri dari 20-30an orang. Menghadap kepada salah seorang pimpinan mereka yang sedang berceramah. Anda tidak akan dapat menanyai mereka, karena mereka tidak berbicara dalam bahasa Arab maupun Inggris, kecuali mungkin Anda bisa berbahasa Parsi atau Urdu.

"Mereka orang Afgan, tidak dapat bicara bahasa Arab. Tidak dapat ditanyai oleh orang lain juga," kata salah seorang Marbot Masjid Nabawi mencoba menjelaskan kepada NU Online, Ahad (24/10).

Kita hanya dapat menerka-nerka isi pembicaraan mereka melalui beberapa kutipan dalil Al-Qur'an atau hadits Rasulullah SAW di sela-sela pernyataan-pernyataan pimpinan yang sedang dikelilingi oleh para jamaahnya. Yah, seperti juga bahasa ceramah agama di mana pun, yang dalam setiap pernyataan selalu disertai dalil penguat, baik dari dalil Al-Qur'an maupun Hadits.

Maka kira-kira begitu pulalah orang-orang Afganistan ini sedang mendengarkan ceramah dari kiainya. Nampak dari dalil-dalil yang mereka perbincangkan, para jamaah ini tidak sedang memperbincangkan mengenai masalah ibadah haji.

Setelah beberapa saat mendengarkan, dan sang kiai tampak memberi jeda, maka beberapa di antara mereka tampak bergantian memberikan secarik kertas yang sudah diberi tulisan-tulisan tertentu.

Oleh sang kiai, tulisan-tulisan ini kemudian dikomentari. Mungkin saja tulisan-tulisan itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh sang kiai dengan menyertakan dalil-dalilnya. Tampak bahwa dalil-dalil yang dikemukakan untuk mengomentari kertas-kertas tersebut saling berjauhan, bukan tentang masalah yang sama. Sekali lagi tidak ada yang dapat ditanyai mengenai masalah ini. (min/Laporan langsung Syaifullah Amin dari Arab Saudi)