Warta

Muslimat NU Diharap Lakukan Kerja Kongkrit

Rabu, 29 Maret 2006 | 05:27 WIB

Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam PBNU KH Tolhah Hasan mengharapkan agar dalam menjalankan misi organisasinya, Muslimat NU kerja-kerja kongkrit yang bisa dinikmati oleh masyarakat secara langsung. Muslimat harus ikut membantu kondisi Indonesia yang sangat terpuruk. Indikator untuk ini bisa dilihat dari Human Development Index yang urutannya ke 111.

Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini berkaitan dengan rendahnya kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Kondisi ini tak boleh terus berlanjut. jumlah anggota sekitar 17 juta tersebut, merupakan potensi yang sangat besar untuk dapat mengembangkan sejumlah potensi dan perbaikan diri. ”Saya kira Muslimat ini bisa menyiapkan generasi masa depan yang bagus. Ini tidak lepas dari masalah pencerdasan dan kesehatan,” tandasnya di PBNU, Selasa.

<>

Beberapa hal yang bisa dilakukan secara bertahap menurut mantan menteri agama tersebut adalah membuat satu rumah sakit bersalin di setiap wilayah, minima 5 dalam satu periode kepengurusan. Ini kongkrit, bisa dilakukan bekerjasama dengan Pengurus wilayah Muslimat dan tidak terlalu mahal. Jadi disamping melayani ummat juga menyiapkan generasi masa depan,” tambahnya.

Dikatakannya bahwa realitas dalam masyarakat menunjukkan bahwa mereka yang menderita masalah kesehatan kebanyakan adalah umat Islam. Bisa jadi mereka merupakan anggota Muslimat.

”Coba dilihat, yang ditayangkan anak-anak gizi buruk, itu kebanyakan orang tuanya pakai kerudung, mungkin juga ini orang Muslimat. Bukan berarti mereka tidak punya uang, tapi mungkin juga orang tuanya tidak mengerti bagaimana menyiapkan gizi yang baik. Dan tidak ada penyuluhan yang baik tentang kesehatan keluarga, kesehatan kesehatan lingkungan,” imbuhnya.

Mantan Rektor Unisma tersebut menegaskan kesehatan merupakan prioritas utama secara umum untuk diatasi meskipun harus disesuaikan dengan kondisi daerahnya masing-masing. Rata-rata orang NU, masalah pendidikan sudah dianggap lebih baik daripada layanan kesehatan.

Semantara itu untuk mengatasi masalah ekonomi rakyat, Tolhah Hasan menganjurkan diadakannya life skill education karena ketrampilan masyarakat rendah sekali. ”Life skill education saat ini pun di negara-negara kaya digerakkan dengan bagus. Tidak ada orang yang tak punya ketrampilan, tapi kita sendiri sepertinya pura-pura tidak tahu atau tidak mengerti,” katanya.

Tak heran, akibat rendahnya ketrampilan tersebut, banyak orang Indonesia yang harus menjadi TKI dan bahkan mereka seringkali mengalami kekerasan yang dilakukan oleh majikannya, diantaranya disebabkan karena tidak memiliki ketrampilan, padahal mereka telah membayarnya dengan mahal.

Pendidikan life skill education tersebut dapat dikembangkan dengan membuka politeknik-politeknik di seluruh Indonesia. Model pendidikan ini memang didesain untuk memberikan ketrampilan praktis pada para siswanya sehingga ketika keluar, mereka telah siap untuk bekerja.  ”Makannya seandainya saat ini saya ditanya memilih membangun universitas atau poltek, saya lebih memilih membangun poltek,” tuturnya. (mkf)