Warta

NU-Muhammadiyah Tak Berbeda Pendapat Soal Awal Puasa

Selasa, 11 September 2007 | 13:50 WIB

Jakarta, NU Online
Dua organisasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah tidak berbeda pendapat soal penentuan awal Ramadan 1428 Hijriah. Kedua organisasi itu sepakat bahwa 1 Ramadan 1428 yang merupakan waktu dimulainya berpuasa jatuh pada 13 September 2007.

Ketua Umum Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah NU KH Ghozalie Masroerie yang mewakili NU dalam sidang isbat di Kantor Departemen Agama (Depag) mengatakan, hasil pengamatan atau observasi (rukyat) yang dilakukan tim rukyat NU di berbagai daerah di Indonesia, tidak melihat adanya hilal (bulan).<>

"Seluruh tim kami belum ada yang melihat bulan, karena itu, isbat kami serahkan sepenuhnya kepada pemerintah," kata Kiai Ghazali—begitu panggilan akrabnya—dalam sidang isbat di kantor Depag, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (11/9).

Pendapat senada dikemukakan perwakilan Pengurus Pusat Muhammadiyah, Goodwill Zubair. Menurutnya, berdasarkan hasil hisab (perhitungan astronomi) yang dilakukan, ditetapkan 1 Ramadan jatuh pada Kamis 13 September 2007.

"Dari Muhammadiyah sendiri sudah jauh-jauh hari menetapkan bahwa awal Ramadan jatuh pada tanggal 13 september 2007, dan ini diikutkan dengan pertemuan ahli astronomi dari seluruh dunia dan hasilnya tidak jauh beda," kata Zubair.

Idul Fitri Dimungkinkan Beda

Namun demikian, penetapan 1 Syawal 1428 H atau Hari Raya Idul Fitri diperkirakan akan terjadi perbedaan seperti pada tahun sebelumnya. Demikian dikatakan Thomas Jamaluddin, mewakili Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dalam sidang istbat yang dipimpin Menteri Agama Maftuh Basyuni itu tersebut.

Jamaluddin menyambut baik upaya pemerintah menggunakan teknologi informasi dalam penentuan awal Ramadan. Namun, menurutnya, sebenarnya penggunaan teknologi itu belum menjamin menghilangkan perbedaan dalam menentukan awal puasa dan Idul Fitri.

"Jadi, kalau orang me-rukyat kemudian bisa melihat hilal, tapi teropong tidak melihat hilal, maka yang akan disalahkan adalah teropongnya. Ini terjadi di masyarakat kita. Karena itu, memang perlu ada kelanjutan penetapan kriteria-kriteria yang selama ini sudah dibahas," terangnya.

Karena adanya faktor posisi matahari dan bulan, menurut Jamaluddin, maka peluang terjadinya perbedaan dalam menentukan Idul Fitri 1428 H tetap ada, meski penentuan awal Ramadan kali ini tidak ada perbedaan. "Jadi, nanti saya perkirakan akan ada yang ber-Idul Fitri tanggal 12 Oktober dan 13 Oktober," ujarnya. (dtc/rif)