1 Ramadan 1428 Hijriah yang menandai dimulainya berpuasa bagi umat Islam di Indonesia ditetapkan jatuh pada hari Kamis, 13 September 2007. Demikian keputusan pemerintah yang ditetapkan Departemen Agama (Depag) melalui sidang isbat digelar di Kantor Depag, Jl Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (11/9).
"Dari 6 penanggap, semuanya mengarah pada hal yang sama. Dengan ini, izinkan saya menetapkan bahwa 1 Ramadan 1428 Hijriah jatuh pada hari Kamis tanggal 13 September 2007," kata Menteri Agama Maftuh Basyuni dalam pidatonya menutup sidang isbat yang diikuti perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam itu.<>
Berdasarkan laporan saksi-saksi dari berbagai daerah di Indonesia yang berjumlah 45 orang, semua mengaku belum melihat hilal (bulan) pada hari Selasa (11/9) ini. Dengan demikian 1 Ramadan belum jatuh pada Rabu 12 September 2007.
Sebelumnya, usai dibuka, Menag Maftuh mempersilakan Ketua Badan Hisab Rukyat Depag, Moh Muchtar Ilyas, melaporkan berbagai laporan saksi-saksi itu.
Sidang ini diikuti pula oleh Menteri Komunikasi dan Informasi M Nuh, Ketua Majelis Ulama Indonesia Umar Shihab dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Depag Nazaruddin Umar. Tampak juga sekira 50 orang yang terdiri dari ahli astronomi dari Planetarium Jakarta, tokoh-tokoh ormas Islam, dan perwakilan duta besar negara sahabat.
Penetapan dilakukan melalui pengamatan teleskop dari Planetarium Bosscha, Lembang, Bandung, Jawa Barat, yang kemudian ditampilkan dalam 2 layar di ruang sidang isbat. Sementara di Surabaya, Banda Aceh, dan Semarang hanya berupa rekaman saja.
Rukyat Online Mulai Tahun Depan
Mulai tahun depan dan seterusnya, penentuan 1 Ramadan diusahakan lebih efektif dan efisien. Masyarakat bisa mengaksesnya secara online melalui internet.
Kesediaan gambar online letak hilal akan disediakan oleh Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo). Depkominfo akan menyediakan teleskop, kemudian gambarnya akan disiarkan langsung melalui internet, dan kemudian masyarakat bisa menyaksikan langsung jatuhnya 1 Ramadan.
"Kalau selama ini kan hanya beberapa orang yang menentukan, yang melihat, dan selanjutnya diumumkan ke publik. Tapi dengan teknologi ini, nanti semua orang bisa melihat karena akan kita sambungkan dengan internet," kata Menkominfo M Nuh.
Menurut Nuh, tradisi melihat awal bulan via online akan dimulai pada tahun-tahun berikutnya. "Sehingga tidak hanya yang ikut sidang isbat saja yang tahu, melainkan semua orang bisa tahu," ujar M Nuh.
Untuk mengetahui awal bulan, sebenarnya bisa diseragamkan jika menggunakan metode hisab (menghitung kalkulasi). Namun sebagai pembuktiannya, jika dibutuhkan, menggunakan metode rukyat atau approval untuk membuktikan apakah hilal bisa dilihat atau tidak. (dtc/rif)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
6
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
Terkini
Lihat Semua