Wawancara

Dalil Jihad harus Dibumikan Sesuai Jaman Sekarang

Kamis, 1 Desember 2005 | 05:53 WIB

Terkuaknya pelaku bom bunuh diri di Bali membuat masyarakat terhenyak Sebab tayangan VCD berisi pengakuan jihad bunuh diri yang ditemukan, membuktikan bom bunuh diri atasnama jihad bukan isapan jempol. Selama ini bom bunuh ini jarang ditemukan bukti-bukti pelakunya, maka setelah bukti dan pelakunya terkuak, maka masyarakat harus lebih waspada. Namun demikian, sejauh ini belum ada analisa atau kajian mendalam tentang fenomena yang sedang actual ini berkaitan dengan jihad bunuh diri.

Apakah dalil yang selama ini mereka pegang sehingga berani bunuh diri? Kontributor NU-Online biro Kedu-DIY Kholilul Rohman Ahmad mewawancarai KH Ahmad Nur Abdul Madjid Lc untuk mendapatkan keterangan mendalam.

<>

Ahmad Nur Abdul Madjid adalah sarjana dari Islamic University of Madinah lulus tahun 1982 dan saat ini menjadi a’wan Syuriah Pengurus Wilayah Jawa Tengah periode 2002-2007. Wawancara selengkapnya sebagai berikut:

Akhir-akhir ini media ramai memberitakan tentang jihad bunuh diri. Bagaimana komentar Anda?

Saya tidak setuju dengan jihad model itu. Jihad dengan qothilun nafsi (bunuh diri) berbeda konteksnya pada jaman dulu dengan sekarang. Sayangnya, sejauh yang saya ikuti perkembangan di televisi dan koran, kok tidak ada orang yang menyuarakan secara mendalam tentang mengapa mereka mau melakukan tindakan tidak terpuji itu.

Lalu, menurut Anda, mengapa orang itu berani berbuat semacam itu? Apakah ada hadits atau dasar yang kuat untuk bertindak bunuh diri atasnama jihad fi sabilillah?

Secara eksplisit tidak ada perintah atau himbauan berjihad dengan bunuh diri. Perintah jihad yang jelas antara lain ayat Allah yang berbunyi jaahaduu fi sabilillahi bi amwalikum wa anfusikum (dan berjihadlah kalian di jalan Allah dengan hartamu dan ragamu). Jihad dengan harta jelas perintahnya, misalnya sedekah, wakaf, zakat, dll. Namun makna ‘berjihad dengan ragamu’, apakah dengan cara bunuh diri semacam itu? Ya tidak begitu. Itu tafsir salah kaprah.

Lalu, menurut Anda, mengapa mereka berani melakukan itu, dasarnya?

Mungkin mereka menggunakan dasar hadits Bukhari yang berbunyi al harbu khud’ah (perang itu licik). Hadits ini shahih. Tidak perlu diragukan kebenarannya. Lengkapnya berbunyi inna maa anta fiinaa rojulun wahidun, fakhadil ‘anaa in istatha’ta, fa inna al-harba khud’atun (Sungguh kamu mempunyai tubuh satu, tubuhmu sendiri bukan orang lain, berusahalah dengan strategi cerdas --dalam perang-- selagi kamu mampu, sebab perang itu licik). Hadits ini tertulis dalam Shahih Bukhari kitab 5-6 bab 157 dan tertulis dalam Shahih Muslim kitab 32. Hadits ini muncul ketika perang Ahzab atau Perang Parit. Tokohnya Nuim Mas’ud. Itu kemungkian pertama.

Jika hadits ini dijadikan dasar jihad bunuh diri, maka tindakan itu salah besar. Sebab dalam hadits ini tafsirnya bunuh diri sebagai siasat perang untuk menghancurkan lawan. Namun dengan syarat terlebih dahulu harus ada maklumat/pernyataan perang yang valid dari dua atau lebih negara yang bertikai. Jika memang ada dua negara menyatakan perang, maka strategi menghancurkan lawan dengan bunuh diri sah. Hukumnya halal. Atau suatu negara memaklumatkan perang dengan negara, jihad bunuh diri ini menjadi sah. Halal. Apakah sekarang ada pernyataan perang dari dua negara yang bertikai?

Mungkin Amerika yang menyatakan perang melawan terorisme itu dianggap sebagai maklumat perang oleh mereka yang berani melakukan jihad bunuh diri. Lalu, jihad bunuh diri dilakukan orang semacam aib.

Kemungkian kedua, mereka melakukan jihad bunuh diri berdasar kisah Ghulam yang menyerahkan diri untuk dibunuh di hadapan khalayak ramai dengan panah oleh seorang raja. Kisah ini dapat ditafsirkan sebagai tindakan bunuh diri.

Kisah ini terjadi pada zaman setelah Nabi Isa AS sebelum Nabi Muhammad. Ghulam rela dibunuh asal raja mengucap bismilahi rabbil ghulam. Menyebut nama Allah yang menjadi Tuhannya Ghulam). Sebab saat itu raja tidak mau mengakui Allah. Bahkan menyatakan diri sebagai Tuhan. Memang, Ghulam merelakan diri untuk dibunuh dengan panah asal raja mengucap kata itu di depan khalayak ramai.

Ketika raja mengucap bismilahi rabbil Ghulam di hadapan khalayak saat melepaskan anak panah, seketika itu seluruh rakyat menyaksikan raja menyatakan tidak ada tuhan selain Allah, Tuhannya Ghulam. Ternyata raja bukan Tuhan. Berarti dengan pengucapan itu raja telah mengakui adanya Allah sehingga rakyat pun ikut menyatakan iman kepada Allah. Raja kalah dengan siasat Ghulam yang rela dipanah dan mati.

Maksud kisah ini bahwa Ghulam rela dipanah dan mati demi keimanan rakyat di negara itu. Boleh dikatakan Ghulam bunuh diri dalam rangka meny