Daerah

Haul Mbah Muhammad Karim, Ketua Pertama NU Gembong

Senin, 27 Maret 2017 | 12:41 WIB

Gembong, NU Online
Pada hari Jum’at sampai Ahad (24-26 Maret 2017) Yayasan Bani Karim, Yayasan Al-Ma’arif Gembong, dan Pondok Pesantren Shofa Azzahro Gembong Pati mengadakan peringatan Haul ke-33 Mbah Muhammad Karim. Kegiatan Haul Mbah Karim dipusatkan di Ponpes Shofa Azzahro Gembong. Diawali dengan khataman Qur’an bil-ghoib, bin-nadhor, pawai atau karnaval mengelingi Desa Gembong, tahlil umum di makam Mbah Karim, dan santunan anak yatim/piatu.

Puncak dari kegiatan Haul Mbah Karim diisi dengan pengajian akbar oleh KH. Syarofuddin Qoimas dari Rembang Jawa Tengah, hadir pula Bupati Pati H. Haryanto, MM, M.Si, Ketua Tanfidziah PCNU Pati KH. Ali Munfaat, M.Pd, Ketua FKUB Dr. KH. Ahmad Khoiron, M.Pd, KH. Rusdi anggota DPRD Kabupaten Pati, Kapolsek Gembong, Koramil Gembong, Kepala Desa Gembong, dan para kiai, santri, wali santri, alumni, dan masyarakat Kecamatan Gembong sekitarnya.

Mbah Muhammad Karim sendiri adalah seorang kiai yang lahir sekitar tahun 1890an dan meninggal di tahun 1984. Sewaktu masih remaja, Karim muda nyantri di Piji Dawe Kudus yang diasuh oleh KH Shiddiq dan kemudian melanjutkan nyantri di kakeknya Mbah Sahal Mahfudz (mantan Rais Aam PBNU) yang bernama KH. Salam Kajen Margoyoso Pati. Kemudian setelah selesai mondok dan menikah, ia diamanahi untuk memimpin NU di Gembong Kab. Pati, sehingga beliau menjadi Ketua NU pertama di Gembong Kabupaten Pati.

Secara garis besar, terdapat tiga perjuangan inti dari Mbah Karim. Pertama seorang pejuang kemerdekaan, karena kontribusinya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, rumah beliau menjadi saksi bagaimana para pejuang menjadikan kediaman Mbah Karim sebagai tempat transit dan menjadikannya sebagai tempat untuk menyimpan senjata. Atas hal itulah, akhirnya membuat nama Mbah Karim menjadi salah satu daftar orang yang dicari untuk ditangkap Belanda. Namun, menurut penuturan mantan santri Mbah Karim yang bernama Mbah Abdullah Gembong, bahwa berkali-kali Belanda mencoba menangkap Mbah Karim tetapi selalu gagal. Mbah Abdullah meyakini bahwa kejadian tersebut terjadi lantaran karomah Mbah Karim yang memang sejak remaja sudah terbiasa tirakat dan puasa. Perjuangan itu pun terus berlanjut sampai pada masa penjajahan Jepang dan pemberontakan PKI 1965.

Kedua, seorang pejuang pendidikan di Kecamatan Gembong Pati, lantaran surau yang dibangun pada tahun 1927 menjadi saksi bagaimana anak-anak dan remaja-remaja di Gembong di waktu itu bisa mendapatkan pendidikan mengaji, pendidikan shalat, sampai pendidikan kanuragan. Bahkan dari surau sederhana itupun akhirnya berkembang di tahun 1971 bertransformasi menjadi lembaga pendidikan yang besar dengan nama Yayasan al-Ma’arif Gembong yang mengelola pendidikan mulai dari jenjang PAUD, TK, MI, MTs, MA, SMK dan Pondok Pesantren Shofa Azzahro yang sudah meluluskan ribuan murid dan santri.

Ketiga, seorang pejuang Islam dan Nahdlatul Ulama di Kecamatan Gembong. Hidup Mbah Karim hampir seluruhnya dihabiskan untuk berjuang untuk mengembangkan Islam dan Nahdlatul Ulama’ di Kecamatan Gembong Pati. Sampai-sampai pada waktu itu, di zaman sebelum kemerdekaan dan awal-awal kemerdekaan beliau untuk dakwah di desa-desa pelosok di wilayah Gembong harus berangkat sore dan pulangnya menjelang subuh, mengingat ditempuh jalan kaki dengan medan yang berat. Perjuangan itu terus dijaga dan diistiqomahi sampai beliau meninggal dunia pada tahun 1984. 

Kini, perjuangan Mbah Karim Gembong dilanjutkan oleh putra-putri beliau, menantu dan cucu-cucunya, di antaranya adalah seperti KH. Imam Shofwan putra kedua dari Mbah Karim adalah seorang muballigh, mantan anggota DPRD Fraksi PPP periode 1982-1987 Kabupaten Pati, mantan Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Pati tahun 2009-2014, dan sekarang adalah Mustasyar PCNU Kabupaten Pati. Putra ketiga, almarhum KH. Muhammad Sudirman mantan Ketua MUI Kecamatan Gembong, putra keempat KH. Nur Kholid mantan Ketua Tanfidziah MWC NU Kecamatan Margorejo Kab. Pati periode 2010-2015, putra kelima KH. Abdul Qohar Ketua Yayasan al-Ma’arif Gembong periode 2010-sampai sekarang, dan Kiai Sholikhin Ketua Tanfidziah MWC NU Kecamatan Gembong periode 2014-sampai sekarang. Ditambah lagi Nyai Hj. Fatimatuzzahro menantu beliau merupakan muballighoh ternama di Kabupaten Pati sekaligus Ketua Muslimat NU PAC Gembong dari tahun 1994-sampai sekarang, dan menantu lain Ibu Maria Ulfah adalah Ketua Fatayat PAC Kec. Gembong dari tahun 2006-sampai sekarang. Salah satu cucu dari Mbah Karim yang sudah bergerak di tengah-tengah masyarakat yaitu Faiz Aminuddin, MA Kaprodi PMI IPMAFA dan Sekretaris LTN NU Kabupaten Pati periode 2014-sampai sekarang.

Untuk itulah, dengan diadakan Haul KH. Muhammad Karim yang ke-33 harapannya bisa tetap menghidupkan ajaran-ajaran dari beliau seperti nilai-nilai keikhlasan dan kedermawanan beliau, sekaligus dapat memberikan spirit dan juga inspirasi kepada keluarga, santri, serta masyarakat untuk bisa melanjutkan perjuangan-perjuangan yang pernah beliau rintis. Red: Mukafi Niam