Muhammad Faizin
Kontributor
Bandarlampung, NU Online
Malu merupakan sifat yang menjadi anugerah dari Allah SWT. Sebagian orang melihat malu merupakan sikap yang kurang positif karena menjadikan seseorang sulit untuk berkembang. Namun sejatinya, malu memiliki beberapa tipe yang di antaranya mampu membawa diri seseorang kepada hal yang positif.
Poin inilah yang dipaparkan oleh tokoh muda Lampung Abdul Qadir Zaelani yang menjadi pembahas pada Webinar Bedah Buku Malu Sama Allah Karya Abdul Hanif yang diselenggarakan oleh Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) IPNU-IPPNU UIN Raden Intan secara daring, Senin (6/9).
Menurutnya, budaya malu berbeda dengan budaya malu-maluin, “Malu tapi tidak memalukan. Tidak penting berapa banyak yang kita tahu, tapi yang paling penting adalah tahu diri dan tahu malu. Tahu siapa dirinya dan tahu malu bagaimana terhadap dirinya, orang lain, dan Tuhannya. Bagaimana mengimplementasikan malu dalam hidup Anda,” tambahnya.
Sifat malu, lanjut Dosen UIN Raden Intan ini, adalah merupakan perubahan sikap pada manusia yang meliputi rasa enggan ketika seseorang melakukan hal negatif pada dirinya.
“Rasa malu itu baik. Malu kepada Allah. Malu kepada manusia dan malu kepada diri sendiri. Secara hirarki malu tertinggi adalah kepada Allah, tetapi secara hakikat malu adalah sumber kebaikan,” lanjutnya.
Perasaan malu juga lanjutnya merupakan tembok kuat untuk menghindarkan diri dari perilaku negatif atau menghalau keburukan. Seseorang akan terkontrol dari berkata kotor dan melanggar norma agama misalnya, karena memiliki rasa malu. Apalagi ditegaskan bahwa sikap malu juga merupakan bagian dari iman, sebagaimana sabda Nabi SAW yakni al-hayâu' min al-îmân (perasaan malu adalah sebagian dari iman).
Oleh karenanya, Ia pun berpesan kepada para generasi muda khususnya para kader NU yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) untuk terus berdakwah dengan memaksimalkan sisi positif budaya malu untuk kebaikan semua.
“Malulah kepada Allah jika berdakwah dengan cara mengejek bukan mengajak. Malulah kepada Allah jika berdakwah bukan dengan mengajak saling cinta kasih. Malulah kepada Allah jika berdakwah dengan cara marah-marah bukan dengan damai. Malulah kepada Allah jika berdakwah dengan makian bukan dengan hatinya,” ajaknya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua