Terinspirasi Lakpesdam NU, Petugas Kesehatan Ini Rutin Lakukan Pencegahan Perkawinan Anak di Lombok Utara
Selasa, 7 Januari 2025 | 18:00 WIB
Lombok Utara, NU Online
Ilyas Ibrahim, pria asal Desa Sigar Penjalin di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, adalah seorang petugas kesehatan yang peduli terhadap pencegahan perkawinan anak.
Dalam melakukan upaya pencegahan perkawinan anak, ia mengaku terinspirasi oleh gerakan yang dilakukan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama.
Ilyas mengatakan, Desa Sigar Penjalin merupakan daerah di Lombok Utara yang banyak terjadi kasus perkawinan anak. Hal ini harus dicegah karena perkawinan anak, menurutnya, rentan memunculkan lahirnya kasus stunting.
“Sebagai petugas kesehatan, kami punya tugas untuk mencegah munculnya anak-anak dengan kasus stunting baru. Itulah salah satu alasan kenapa sosialisasi pencegahan perkawinan anak menjadi penting dilakukan," kata Ilyas, Selasa (7/1/2025).
Pak Ilyas, Ia biasa dipanggil warga. Kepribadiannya kalem dan murah senyum, itulah kesan ketika awal bertemu dengan bapak dua anak ini.
Keseharian pria paruh baya ini adalah petugas kesehatan yang melayani warga di Puskesmas Pembantu (Pustu) Dusun Rangsot Desa Sigar Penjalin Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, sejak 2015 sampai sekarang. Â
Ilyas merupakan lulusan Akademi Perawat (Akper) Buntet Pesantren Cirebon. Ia mendedikasikan hidupnya untuk melayani masyarakat di bidang kesehatan.
Selain memberikan pelayanan kesehatan di Pustu, Ilyas juga aktif memberikan layanan pemeriksaan kesehatan di Pondok Bersalin Desa (Polindes), keliling setiap bulan ke 16 Posyandu yang ada di Desa Sigar Penjalin. Ia juga mendatangi warga yang sakit dari rumah ke rumah yang membutuhkan pengobatan dan perawatan darinya.
Tergerak mengambil peran
Sebagai petugas kesehatan, Ilyas mengaku telah diberikan tugas untuk mencegah munculnya anak-anak dengan kasus stunting baru.
Persoalan inilah yang melatarbelakangi Ilyas sehingga tergerak untuk melakukan upaya sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui kegiatan Posyandu dengan menyasar orang tua.
"Kami berharap secara perlahan dengan upaya ini setidaknya dapat memberikan informasi dan pemahaman, sehingga terbangun kesadaran warga di Desa Sigar Penjalin untuk tidak mengawinkan anaknya di usia anak," ungkap Ilyas.
Ia kerap berinteraksi dengan Lakpesdam NU melalui kegiatan-kegiatan yang berupaya mendorong perlindungan anak, termasuk pencegahan perkawinan anak.
Berbagai kegiatan yang diikuti Ilyas bersama Lakpesdam NU itu mendorongnya untuk melakukan hal serupa, karena akan membantu tugas-tugasnya sebagai petugas kesehatan dalam mencegah kasus stunting dan menghindarkan anak-anak dari potensi kekerasan akibat terjerat kasus perkawinan anak.
Â
"Apa yang dilakukan oleh teman-teman Lakpesdam NU kami tiru dan beberapa materi yang diberikan kami gunakan sebagai bahan dalam melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi kepada warga melalui kegiatan Posyandu," kata Ilyas.
"Sosialisasi tentang perlindungan anak dan pencegahan perkawinan anak kami lakukan dengan pendekatan kesehatan kepada warga yang datang memeriksakan kesehatan diri dan anak-anak mereka ke Posyandu," lanjutnya.
Meski belum semua Posyandu disentuh, tetapi ia berharap bisa melaksanakan sosialisasi dan penyebaran informasi di setiap Posyandu rutin setiap bulan.
Kendala-kendala
Upaya sosialisasi dan penyebaran informasi yang Ilyas lakukan tidak selalu berjalan baik dan mulus. Ia kerap mengalami penolakan, bahkan tidak dihiraukan saat menyampaikan sosialisasi. Di desanya, ada warga yang merasa bahwa sosialisasi terkait pencegahan perkawinan anak itu tidak penting dan hanya menyita waktu.
Saat sedang melakukan kegiatan sosialisasi pun, tidak semua Posyandu memiliki alat pengeras suara sehingga kadang tidak dihiraukan oleh warga. Â
Ke depan, Ilyas berharap, kegiatan sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai perkawinan anak dapat menggunakan media dan peralatan yang lebih menarik sehingga tidak membosankan, mudah dimengerti, dan membuat warga yang datang betah berada di Posyandu.
Materi-materi yang disampaikan Ilyas saat melakukan sosialisasi yakni Dampak Negatif Pernikahan di Usia Anak, Pengasuhan Anak/Pola Asuh yang Baik, dan Perlindungan Anak dari Kekerasan oleh Keluarga. Ia berharap, materi-materi itu kelak dapat dikemas ke dalam bentuk yang lebih menarik serta bisa dibawa pulang oleh warga.
Posyandu, jalan edukasi dan penyebaran informasi
Selama ini, orang terkendala dengan anggaran dan fasilitas ketika ingin melakukan kegiatan. Jika tidak ada anggaran dan fasilitas pendukung lainnya, orang cenderung malas berinisiatif serta melakukan kegiatan, apalagi yang sifatnya swadaya dan sukarela. Namun tidak bagi Ilyas, yang menjadikan keterbatasan anggaran dan fasilitas sebagai hambatan.
Bagi kebanyakan orang, Posyandu mungkin dilihat sebagai media biasa-bisa saja, tetapi bagi Ilyas, Posyandu adalah media dan tempat strategis untuk mengedukasi dan menyebarkan informasi untuk banyak orang. Ia tidak butuh anggaran serta fasilitas pendukung yang selama ini banyak menghambat orang untuk berbuat melakukan sesuatu yang baik.
Di Posyandu, warga datang dengan sukarela, tidak disuruh-suruh. Mereka butuh pelayanan kesehatan, mau menunggu, dan siap antre mendapatkan giliran untuk memeriksakan kesehatan diri dan anaknya.
Ruang inilah yang dimanfaatkan Ilyas. Ia menunjukkan kepeduliannya terhadap masa depan anak-anak di Desa Sigar Penjalin, sembari melayani dan memeriksa kesehatan warga dan anak-anak.
Ia mengajak dan membangun kesadaran warga, terutama orang tua, supaya melindungi anak-anak mereka dari kekerasan, memberikan pengasuhan terbaik, memperhatikan ketercukupan gizi, mencegah mereka dari praktik perkawinan usia anak, sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan cerdas, yang kelak bisa menjadi kebanggaan keluarga dan masyarakat. Â
Hal itu dilakukan Ilyas dengan memberikan sosialisasi dan penyebaran informasi kepada warga saat kegiatan Posyandu berlangsung.
Dengan segala keterbatasan, Posyandu menjadi pilihan bagi Ilyas untuk mengedukasi dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan, termasuk mengajak warga tidak menikahkan anak-anak mereka diusia dini. Baginya, Posyandu adalah forum yang paling efektif untuk menjangkau masyarakat.
“Kita tidak butuh banyak fasilitas seperti snack (makanan ringan) dan uang transport yang selama ini menjadi kendala banyak pihak untuk menemui dan mengajak warga. Hanya butuh kemauan dan sedikit komitmen untuk menjangkau warga," kata Ilyas.
"Di Posyandu, warga datang dengan sukarela dan kesadaran sendiri untuk memeriksakan kesehatan diri dan anaknya. Kesempatan inilah yang saya lihat bagus untuk dimanfaatkan sebagai sarana memberikan sosialisasi dan pencerahan kepada warga," ungkapnya.
Kontributor: Jayadi
Terpopuler
1
Resmi Rilis, Unduh Logo Harlah Ke-102 NU Di Sini
2
Harlah Ke-102 NU Digelar di Jakarta, Ini Rangkaian Agendanya
3
Melihat Antusiasme Haul Guru Sekumpul, 32 Ribu Relawan Layani Jamaah yang Membludak
4
Terhimpun Rp18 Miliar Dana ZIS NU Care Pringsewu di 2024, Rp1,5 Miliar Berasal dari Koin
5
Turun, Biaya Haji 2025 Rata-Rata Jadi 55,43 Juta Rupiah Setiap Jamaah
6
Pro-Kontra Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan, Bagaimana Seharusnya?
Terkini
Lihat Semua